Mohon tunggu...
Selsa
Selsa Mohon Tunggu... Administrasi - blogger

aku wanita biasa

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Rindu Menikam di Januari

17 Januari 2017   08:55 Diperbarui: 17 Januari 2017   09:20 429
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sepagi tadi gerimis masih setia temani gigilku, untung saja kepulan kopi hitamku mampu meredam kebekuan tulang-tulang raga serta menghangatkan kalbu yang kini tengah terjerat rindu.Yah... rindu yang sanggup meluluh lantakkan  asa, rindu yang sanggup menjadi tameng pertahanan atas sebuah kesetiaan. 

Dan rindu ini adalah namamu,masih akan tetap tersemat untukmu. Hari lalu, kini dan nanti, aku pastikan hanya namamu yang  menghiasi kisi-kisi, meski bilur-bilur lara mendambamu setiap saat meluka, menorehkan merah darah di sekujur hatiku.

Tak mengapa, sebab rindu tak perlu tergenapkan oleh pertemuan, rindu tak perlu dihangatkan sebuah pelukan, pun rindu tak perlu diletupkan pada lenguhan-lenguhan cinta. Rindu hanya butuh ruang sepi, rindu hanya terobati oleh kidung sunyi, kidung yang sanggup menguraikan derasnya air mata. 

Bagiku merindumu adalah nikmat, saat  perihnya menikam jantungku. Sebab saat rindu menggelepar di ruang kalbu, saat itu segenap jiwaku kan memanggil namamu, lalu dedoa terindah untukmu akan menggema dari sanubari. Dan namamu senantiasa kusebut.

Untuk itu, kubiarkan saja tikaman rindu itu semakin menancap dalam ke hatiku, merindumu adalah doa.

*PK 17 1 17*

ilustrasi gambar : selsa

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun