Mohon tunggu...
sede
sede Mohon Tunggu... karyawan swasta -

i am se de :)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ssst...

25 Februari 2016   13:07 Diperbarui: 25 Februari 2016   13:41 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Esok kita kan pergi, jangan sakit yah?” bisikku pelan di telinganya. Mata indahnya terpejam perlahan, seperti bayi kesayangan ibu yang rindu pelukan haru. Hemhh...  

… miliki aku dengan rasa sayang itu…. Kutidurkan wajahnya yang agak membiru bersamaan dengan lantunan bait kecil lagu rindu, indah dan sederhana, layaknya kumpulan awan yang menari-nari di belakang kami sambil meneteskan butir-butir cinta. Mungkinkah mereka sedang berpikir tentang tempat tinggal kami esok hari? Sebab pemukiman kumuh ini segera digusur untuk menjadi ruko dan hotel milik para pejabat negeri.

secangkir kopi dik,


sudikah kau memikirkannya?


layaknya lautan huma mengalasi bukit,


telah lama kering lidah tak mencecapnya

 

sesenduk gula dik,


enggankah membuangnya dari padanya?


seperti kunang-kunang terbang lalu mencubit,


terbiasa pahit, manis pun telah lama pergi berkelana

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun