Mohon tunggu...
Sayyidatul huraa
Sayyidatul huraa Mohon Tunggu... Lainnya - ummu Ahmad

kesuksesan 99% diraih dari kerja keras,,, dan 1 % diperoleh dari kejeniusan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Karena Dia

1 Desember 2020   22:22 Diperbarui: 1 Desember 2020   22:31 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hingga suatu hari, tepatnya pada tahun agustus 2016 ada penghuni baru di ujung lorong sekampung denganku, sepasang suami istri yang kuamati cukup religius, karna suaminya berjenggot dengan celana cingkrang sebetis, istrinya bercadar dan entah anak perempuannya yang juga memakai cadar tinggal serumah dengan mereka berdua. 

Selain itu ada 2 remaja lainnya , yaa mungkin mereka sekeluarga. awalnya aku menganggap biasa, karena secara bertetangga mereka cukup hambel, mereka suka bersilaturrahmi ke tetangga, suka membagi makanan kalau lebih, suka ngobrol santai kalau lagi luang waktunya.

Tapi lama-lama ketidaksukaanku terhadap cadar yang mereka pakai semakin membuatku terganggu, kenapa sih mau bersilaturrahmi tapi tidak mau dilihat wajahnya, mereka kan bebas melihat kita, kenapa mereka tidak mau dilihat, kalau tidak mau dilihat mukanya mending tidak usah keluar rumah tinggal aja didalam rumah dan tidak usah sok-sok akrab dengan tetangga,  gemas aku.

Suatu sore ,,, saat aku pulng dari kampus aku bertemu dengan wanita bercadar sedang berjalan di pinggir jalan, perlahan aku mendelatinya, meski ia berjalan di pinggir jalan namun aku mengusilinya dengan membuntutinya sambil membunyikan klakson yang memekik telinga dan menarik gas motorku dengan kencang-kencang supaya bisa menghasilkan suara mesin yang keras, kulihat gadis bercadar itu sangat terkejut dan hampir jatuh akibat ulahku , dengan cepat dia menutup telinganya dan langsung menepi.

" makanya ngk usah nutup wajah kayak gitu, supaya penglihatanmu ngk keganggu...   heeehhh,, ribet banget sih jadi orang". Teriakku sambil menyalakan klakson dan gas mesin secara bersamaan lalu pergi berlalu dari gadis itu, aku sendiri tidak tau siapa dia , yaa... mana mungkin bisa kenal kalau wajahnya ketutup gitu.

Hampir setiap hari aku melihat gadis bercadar itu melewati jalan yang sama denganku, tujuan dan arah yang sama pula, tetapi aku tidak peduli karena aku tidak tertarik sama sekali untuk mengetahui hal itu, yang kutau bahwa setiap aku bertemu dengannya aku harus usil..harus usil. Dan hampir setiap hari juga aku mengusilinya dengan cara yang sama,  membunyikan klakson motorku keras-keras atau menarik platuk gas motor hingga bunyinya memekik telinga, tapi anehnya dia tidak lagi merasa terganggu dengan keusilanku. 


Dia tetap berjalan lurus bahkan tidak lagi menutup telinganya, padahal aku sendiri merasa terganggu dengan suara klakson dan bunyi motorku yang kubuat sendiri. Jujur, sebernanya dengan muslimah biasa dengan jilbab seadanya aku tidak tergelitik untuk mengusili mereka, karena bagiku mereka beragama dengan sederhana tidak di buat-buat atau hanya mengikuti kebiasaan timur tengah. Haaahh... apa tidak ada fasion lain sehingga harus ikut-ikutan fasion tren orang saudi seperti itu. 

Begitulah caraku berfikir busana muslim kala itu khususnya busana muslimah yang ingklok dengan menutup mukanya dan kesialannku ini tidak diketahui sama sekali oleh keluargaku. Yaa ...andai ayahku tau mungkin dia akan marah besar kepadaku karena ayah sangat mengajarkan toleransi dalam kehidupan kami mengingat kami tinggal serumah dengan 2 agama yang berbeda dan semua berjalan dengan baik-baik saja. Meskipun kehidupan kami jauh dengan tuhan.

Hingga suatu sore aku sangat penasaran dengan gadis bercadar yang berjalan di ruas jalan dekat kampungku itu, andai ia tidak bercadar mungkin aku telah mengenalnya apakah dia gadis kampung yang sekampung denganku, tetapi karena dia bercadar makanya aku tidak bisa mengenalnya. Sore itu seperti biasa aku menunngu ditempat biasa, tujuanku satu aku hanya ingin ajak dia berdiskusi. Hingga beberapa saat kemudian gadis yang kunanti itu tiba juga, melihatku yang sedang duduk rilex diaatas motor, gadis itu menundukkan pandangannya dan mempercepat langkahnya dan berusaha menjauhiku, namum dengan sigap menghadangnya dan menghentikan langkahnya .

"eits,,, nona manis hari belumlah sore, ngak usah terburu-buru !" ujarku sembari menghadangnya, tak ada sekatapun yang keluar dari mulutnya, dia hanya berusaha menghindar dan mencari jalan untuk tidak meladeniku ,

" galak amat...emang semua yang pakai cadar galak ya , ngak suka bersosialisasi dengan oarng-orang  ?" ujarku lagi berusaha menghadangnya sambil merentangkan kedua tanganku, kemudian gadis bercadar itu diam tak memberi perlawanan apapun lalu perlahan mengangkat wajahnya dan menatap mataku dalam-dalam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun