Mohon tunggu...
Satria Ade Mahendra
Satria Ade Mahendra Mohon Tunggu... Mahasiswa

Menulis untuk merangkai pengetahuan lintas bidang dari ruang kelas, pasar, hingga hutan. Percaya bahwa belajar itu tidak punya batas, dan tulisan bisa jadi jembatan perubahan.

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Kenari Sebagai Terapi Stres di Era Hidup Serba Cepat

10 September 2025   19:18 Diperbarui: 10 September 2025   19:18 7
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kenari dan Kesehatan Mental.

Di tengah ritme hidup modern yang serba cepat, stres menjadi masalah yang hampir tak bisa dihindari. Berbagai metode pengelolaan stres ditawarkan, mulai dari olahraga, meditasi, hingga musik. Namun, ada satu terapi sederhana yang sering terlupakan padahal manfaatnya nyata, yaitu mendengarkan kicauan burung kenari. Burung mungil dengan suara khas ini ternyata memiliki peran penting bukan hanya sebagai hiburan, tetapi juga sebagai sarana menenangkan pikiran.

Sejak dulu, manusia memang dekat dengan suara alam. Gemericik air, desiran angin, dan kicauan burung selalu memberi rasa damai. Dari perspektif sains, suara kenari bekerja pada sistem saraf dengan cara merangsang pelepasan hormon endorfin, yaitu zat kimia yang membuat tubuh merasa rileks dan bahagia. Penelitian dalam bidang psikologi lingkungan menunjukkan bahwa mendengarkan suara burung, termasuk kenari, bisa menurunkan kadar kortisol yang dikenal sebagai hormon stres.

Tidak heran jika banyak orang yang memelihara kenari di rumah. Suara jernih dan stabil dari kenari berbeda dengan burung kicau lain yang cenderung variatif atau meniru suara sekitar. Kestabilan inilah yang membuat kenari seperti "musik alami" yang konsisten, sehingga otak lebih mudah menangkapnya sebagai pola menenangkan. Bagi sebagian penghobi, duduk santai di pagi hari sambil menikmati kicauan kenari menjadi ritual sederhana untuk menjaga kesehatan mental.

Selain itu, interaksi dengan kenari juga memberikan efek terapeutik lain. Aktivitas memberi makan, membersihkan sangkar, atau sekadar memperhatikan gerak-gerik burung bisa membuat seseorang merasa lebih hadir pada momen sekarang. Konsep ini dalam psikologi dikenal sebagai mindfulness, yaitu kesadaran penuh terhadap apa yang dilakukan. Kehadiran kenari dengan segala kesederhanaannya justru membantu manusia melepaskan diri sejenak dari tekanan hidup yang kompleks.

Lebih jauh lagi, kenari juga memiliki sejarah panjang dalam hubungannya dengan kesehatan manusia. Dulu, kenari digunakan sebagai detektor gas beracun di tambang, karena sistem pernapasannya sangat peka. Kini, burung yang sama memberi manfaat lain dengan menjadi sahabat dalam menjaga kesehatan mental. Fakta ini mengajarkan bahwa makhluk kecil bisa punya peran besar dalam kesejahteraan manusia, baik secara fisik maupun psikologis.

Menariknya, terapi dengan suara kenari juga bisa diakses tanpa harus memelihara burung secara langsung. Banyak rekaman suara kenari tersedia di internet, yang bisa diputar kapan saja saat kita merasa penat. Namun, tentu saja mendengar langsung di rumah memberi pengalaman yang lebih otentik. Tidak hanya telinga yang dimanjakan, mata pun ikut menikmati keindahan warna bulu dan gerakan lincahnya.

Melihat manfaat ini, kenari seharusnya tidak hanya dipandang sebagai burung lomba atau sekadar hiasan. Lebih dari itu, ia adalah bagian dari gaya hidup sehat yang bisa membantu kita mengelola stres dengan cara alami. Di tengah tren healing yang semakin populer, kenari hadir sebagai opsi sederhana namun efektif yang patut dipertimbangkan. Pada akhirnya, terapi stres tidak selalu harus mahal atau rumit. Kadang, cukup dengan suara kecil dari seekor kenari, hati yang gelisah bisa menjadi lebih tenang. Burung mungil ini mengajarkan kita bahwa kedamaian bisa datang dari hal-hal sederhana, asalkan kita mau memberi ruang untuk mendengarnya.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun