Mohon tunggu...
Sari Aryanto
Sari Aryanto Mohon Tunggu... Editor - fiksi diksi kopi, tiga hal yang membuatku lebih hidup

Perempuan biasa yang punya mimpi luar biasa

Selanjutnya

Tutup

Puisi

[Fiksi Horor dan Misteri] Deja Vu

23 September 2016   07:44 Diperbarui: 28 September 2016   11:02 267
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Nyai Sentani? Kowe... Kowe ora kliru Nduk? Ada perlu apa kamu mencari Nyai Sentani? Pulanglah sebelum kamu dikecewakan!" kata Bapak tersebut melototkan matanya seakan ketakutan.

Aku benar-benar heran dengan tanggapan orang-orang di kota ini. Setiap mereka melihat alamat yang ku tuju, mereka menyuruhku pulang. Tapi tidak, aku tidak akan pulang tanpa Bli Nengah suamiku.

"Aku harus bertemu dengan beliau Pak! Suamiku bekerja di rumahnya, dan aku harus membawanya pulang ke Bali sebelum anakku lahir!" jawabku tanpa mengindahkan larangan mereka.

"Sak karepmu Nduk, aku cuma mengingatkan! Rumah Nyai Sentani ada di selatan desa. Kamu lurus saja mengikuti jalan ini, setelah melewati hutan jati kamu akan menemukan rumah besar. Di situlah rumah Nyai Sentani. Sekali lagi aku cuma mengingatkan lebih baik kamu pulang, tidak perlu mencari suamimu lagi. Tapi kalau kamu nekad ya mangga, kami tidak bisa mencegah. Ya wis ngono wae, ayo Bu kita ke sawah sekarang saja!" kata Bapak itu sambil menggamit lengan perempuan di sampingnya.

Aku menatap kepergian mereka, dan mulai melangkahkan kakiku ke arah yang ditunjuk. Matahari sudah muncul saat aku menemukan rumah yang dimaksud. Rumah berarsitektur Jawa kuna yang sangat besar di tengah-tengah pekarangan yang luas itu tampak lengang. Aku berteriak memanggil-manghil penghuni rumah, tapi tampaknya tidak ada yang mendengar. Sampai beberapa lama kemudian seorang wanita setengah baya tergopoh-gopoh mendatangiku.

"Kamu siapa? Darimana? Mau cari siapa?" tanya perempuan itu ketus.

"Aku Dewi, aku datang Mengwi, Tabanan, Bali. Aku kesini mencari Bli Nengah suamiku, katanya dia bekerja di sini!" jawabku takut-takut.

"Ooo begitu! Ya sudah kamu ikut aku, tapi ada peraturan yang kamu harus taati di sini dan kamu harus perhatikan baik-baik! Panggil aku Mbok Nah!" jawab perempuan singkat itu sambil membukakan pintu buatku.

Kami berjalan memutari pekarangan, sebenarnya aku heran mengapa tidak lewat pintu depan saja. Tapi sudahlah, aku mengikuti Mbok Nah menyusuri pekarangan hingga tiba-tiba dia menghentikan langkahnya di depan sebuah pintu yang menghadap kolam ikan. Mbok Nah menatapku lekat-lekat dan berkata,"Dengar! Apapun yang terjadi kamu tidak boleh dekat-dekat dengan kamar ini! Ini kamar khusus Ndoro Sentani. Mengerti!" Aku mengangguk cepat dan segera mengikuti Mbok Nah yang menarik tanganku.

Aku di tempatkan di kamar paling belakang dari rumah ini. Dan Mbok Nah memberi tahukan apa yang boleh kulakukan dan apa yang tidak boleh. Sampai hari yang ke tujuh aku belum bertemu dengan Bli Nengah, sehari-harinya aku membantu Mbok Nah mengerjakan pekerjaan rumah. Rumah ini sangat sepi waktu siang hari, hanya saja setiap malam tiba banyak tamu yang datang mencari Nyai Sentani. Para tamu itu di temui di pendhapa tengah. Tapi sekalipun aku bisa melihat wajah Nyai Sentani. Aku hanya melihat sosok nya dari belakang, seorang perempuan dengan badan yang sangat mempesona.

Malam ini malam bulan purnama saat aku berjalan-jalan di sekeliling pekarangan. Bulan tampak merah seperti darah, auman anjing dan suara burung gagak terdengar bersahut-sahutan. Yang mengherankanku, Mbok Nah menghilang sejak senja datang. Aku berjalan perlahan menuju kolam ikan yang di depan kamar Nyai Sentani. Ku pandangi ikan-ikan yang berenang tanpa lelah, tak seperti diriku yang sudah mulai lelah dengan hidupku sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun