Mohon tunggu...
Sapraji
Sapraji Mohon Tunggu... Konsultan Politik | Manajemen | Analis Kebijakan Publik | Peneliti | Penulis

Political Consultant, Management, Public Policy Analyst and Founder of IDIS INDONESIA GROUP

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Pendidikan Bermutu Untuk Semua: Siap Hadapi Tantangan Abad 21

14 September 2025   14:28 Diperbarui: 14 September 2025   14:28 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi siswa dan siswi sedang diskusi. (Sumber Foto: mtsn8sleman.sch.id)

Pendidikan selalu menjadi fondasi utama pembangunan suatu bangsa. Namun, di tengah arus globalisasi, digitalisasi, dan transformasi ekonomi yang cepat, pendidikan di Indonesia menghadapi tantangan baru yang lebih kompleks. Tidak sekadar soal meningkatkan angka partisipasi sekolah atau membangun gedung-gedung megah, kualitas pendidikan yang dapat membekali generasi muda menghadapi abad 21 masih menjadi pekerjaan rumah besar. Pertanyaannya, apakah sistem pendidikan kita siap mencetak generasi yang adaptif, kreatif, dan kompetitif di dunia yang berubah begitu cepat?

Kesenjangan Akses dan Kualitas Masih Menjadi Tantangan Utama

Data Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi menunjukkan bahwa Indonesia telah mencapai angka partisipasi pendidikan dasar hampir mendekati 100 persen. Secara kuantitas, capaian ini patut diapresiasi. Namun, kualitas pendidikan masih bervariasi tajam. Sekolah di kota besar biasanya memiliki fasilitas lebih lengkap, guru yang lebih berpengalaman, serta akses teknologi yang memadai. Sementara itu, sekolah di daerah terpencil menghadapi tantangan serius: kekurangan guru berkualitas, buku, sarana belajar, hingga listrik dan jaringan internet yang memadai.

Pandemi COVID-19 yang melanda pada 2020-2022 semakin memperburuk kesenjangan ini. Pembelajaran jarak jauh menjadi tantangan besar bagi anak-anak yang tidak memiliki akses internet atau perangkat digital memadai. Survei UNESCO menyebut bahwa sekitar 30-40 persen siswa di wilayah terpencil tidak dapat mengikuti pembelajaran daring secara optimal. Dampak jangka panjangnya terlihat dari rendahnya literasi digital, kesenjangan kompetensi, dan ketertinggalan akademik yang masih harus dikejar sampai sekarang.

Selain itu, perbedaan kualitas guru juga menjadi faktor utama. Guru bukan sekadar pengajar, tetapi juga fasilitator dan motivator yang membimbing anak-anak mengembangkan keterampilan berpikir kritis, kreatif, dan kolaboratif. Sayangnya, pelatihan guru yang ada masih sering bersifat formal dan kurang adaptif terhadap perkembangan teknologi dan metode pembelajaran modern. Akibatnya, sebagian guru kesulitan mengintegrasikan literasi digital, pemecahan masalah, atau kemampuan berpikir kritis dalam kelas. Kesenjangan kualitas ini membuat upaya mencetak generasi yang siap menghadapi abad 21 menjadi tidak merata.

Untuk mengatasi masalah ini pemerintah dan masyarakat perlu bekerja sama. Redistribusi guru berkualitas ke daerah tertinggal, pelatihan berkelanjutan dengan metode pedagogi modern, serta insentif bagi guru yang berinovasi adalah langkah strategis yang tidak bisa ditunda. Pendidikan bermutu untuk semua berarti setiap anak, di manapun ia berada, memiliki peluang yang sama untuk berkembang dan bersaing di masa depan.

Mempersiapkan Murid untuk Tantangan Abad 21

Abad 21 menuntut lebih dari sekadar kemampuan akademik. Siswa perlu dibekali kompetensi yang relevan, berpikir kritis, kreatif, kolaboratif, dan komunikatif (4C), literasi digital, literasi data, serta kemampuan adaptasi terhadap perubahan teknologi dan sosial. Pendidikan yang hanya mengandalkan hafalan fakta dan ujian standar tidak lagi cukup. Integrasi keterampilan abad 21 ke dalam kurikulum menjadi kunci agar murid mampu berpartisipasi aktif dalam masyarakat dan dunia kerja.

Beberapa sekolah di Indonesia telah memulai langkah ini, misalnya dengan pembelajaran berbasis proyek, coding, robotik, dan literasi media. Namun, praktik ini masih terbatas pada segelintir sekolah unggulan di kota besar. Pendidikan bermutu untuk semua berarti setiap anak, di kota maupun desa, memiliki pengalaman belajar yang relevan dan menantang. Pemerintah perlu menstandarisasi integrasi keterampilan abad 21 ke dalam kurikulum, sekaligus memastikan sekolah memiliki fasilitas dan guru yang mendukung.

Teknologi pendidikan membuka peluang besar untuk mengurangi kesenjangan. Dengan platform daring, simulasi virtual, dan akses ke materi digital berkualitas, siswa di daerah terpencil dapat belajar dari guru terbaik dan mengakses sumber belajar yang sama dengan siswa di kota besar. Namun, teknologi juga menghadirkan tantangan: kesenjangan digital, distraksi, dan rendahnya literasi digital. Strategi implementasi teknologi harus inklusif, meliputi distribusi perangkat, akses internet merata, serta pelatihan bagi guru dan siswa.

Selain keterampilan teknis, pendidikan karakter tetap menjadi fondasi penting. Integritas, empati, tanggung jawab, dan kesadaran sosial harus dibentuk sejak dini. Proyek sosial, kegiatan ekstrakurikuler, dan integrasi nilai-nilai Pancasila dalam pembelajaran menjadi sarana efektif menanamkan karakter. Generasi muda yang cerdas secara akademik tetapi lemah karakter akan kesulitan menghadapi kompleksitas dunia modern.

Memastikan pendidikan bermutu untuk semua bukan sekadar hak, tetapi investasi jangka panjang bagi bangsa. Pendidikan yang merata, relevan, dan adaptif akan melahirkan generasi inovatif, pemimpin masa depan, dan warga negara yang bertanggung jawab. Jika generasi hari ini tidak dibekali keterampilan, karakter, dan kompetensi yang sesuai, kita berisiko menciptakan ketimpangan generasi yang berdampak pada masa depan sosial, politik, dan ekonomi bangsa.

Pendidikan bermutu untuk semua harus menjadi prioritas nasional. Mengatasi kesenjangan kualitas, meningkatkan kompetensi guru, menyesuaikan kurikulum dengan keterampilan abad 21, memanfaatkan teknologi secara inklusif, dan membentuk karakter murid adalah langkah yang saling terkait. Negara, masyarakat, guru, dan orang tua memiliki peran strategis dalam memastikan setiap anak mendapat kesempatan yang sama untuk belajar, berkembang, dan berpartisipasi dalam masyarakat yang terus berubah.

Hanya dengan pendekatan yang menyeluruh, Indonesia dapat mencetak generasi yang siap menghadapi tantangan abad 21, berdaya saing global, dan mampu membangun masyarakat yang adil, inklusif, dan berkelanjutan. Pendidikan bukan sekadar hak, tetapi jalan menuju masa depan bangsa yang lebih tangguh.

 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun