Mohon tunggu...
Reno Dwiheryana
Reno Dwiheryana Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Blogger/Content Creator

walau orang digaji gede sekalipun, kalau mentalnya serakah, bakalan korupsi juga.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Seandainya Punya Uang 700 Juta, Untuk Apa Ya?

7 Desember 2021   09:05 Diperbarui: 7 Desember 2021   09:12 1035
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi Uang (finansial.bisnis)

Mungkin Deden Ali Anapiah merupakan salah satu orang yang sedang berbahagia saat ini. Bagaimana tidak, sebagaimana informasi beredar pria yang sehari-harinya bekerja sebagai Office Boy tersebut mendapatkan hadiah undian 1 unit mobil BMW X1 seharga Rp.700 jutaan dari salah satu Bank di Indonesia. Bak kalimat durian runtuh, Deden berencana mengajak keluarganya jalan-jalan menggunakan mobil itu.

Kabar gembira diatas sontak menyita perhatian Penulis. Dibenak Penulis bertanya-tanya seandainya Deden yang bekerja sebagai Office Boy atau Anda pribadi mendapatkan durian runtuh dengan nominal Rp.700 juta, lantas apa yang kira-kira Anda lakukan?

"sebanyak apapun harta tidak akan pernah cukup memenuhi hidup yang singkat ini"

Menarik untuk disimak, ketika Anda memiliki uang dengan jumlah tersebut apakah Anda kemudian berhenti dari pekerjaan? Apakah Anda langsung tergerak untuk menjadi entrepreneur atau wirausahawan? Apakah mungkin Anda belanjakan untuk membeli bermacam barang yang Anda idam-idamkan? Apakah Anda akan tasmasya ke luar negeri atau mengelilingi nusantara? Atau uang itu Anda memilih menyimpannya untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari maupun yang akan datang?

Ya sejatinya dengan jumlah nominal uang yang punya tersebut banyak hal yang bisa Anda lakukan. Namun pertanyaannya, apakah dengan kondisi tersebut Anda tidak akan mencari uang lagi?

Belakangan ini kita seringkali mendengar akan berita mengenai bagaimana orang secara dadakan menjadi OKB atau Orang Kaya Baru.

Sebagai contoh warga Desa Sumurgeneng, Kecamatan Jenu, Tuban yang beramai-ramai membeli mobil baru dari hasil penjualan tanah yang kelak menjadi kilang minyak. Tak tanggung-tanggung, mereka mendapatkan jumlah uang dengan nominal besar dari Rp.8 milliar hingga Rp.38 milliar dari kepemilikan beberapa hektar lahan.

Akan tetapi kembali pertanyaannya seandainya Anda dengan memiliki Rp.38 milliar memastikan hidup Anda terjamin?

Mungkin sebagian dari Anda akan berpikiran dengan jumlah uang tersebut maka kehidupan Anda akan nyaman dan tentram. Anda akan menikmati hidup dengan uang yang Anda miliki dan tidak akan kembali banting tulang hidup dalam kesusahan. Namun faktanya tidak demikian adanya.

Hukum Ekonomi berkata, semakin besar pendapatan seseorang maka semakin besar pengeluaran. Berlandaskan azas tersebut maka otomatis individu-individu yang memiliki uang banyak itu maka akan semakin meningkat pula konsumsinya. Wajar kiranya bilamana mereka berbondong-bondong membeli mobil baru, toh sesuai dengan nominal besaran uang yang mereka dapatkan.

Menariknya disinilah yang jadi inti permasalahan mayoritas orang-orang yang memiliki uang banyak. Di Indonesia ini sebetulnya begitu banyak orang yang punya uang berlimpah namun minim yang memiliki kemampuan memanage atau mengatur keuangan mereka.

Alhasil tak sedikit dari mereka yang mengalami bangkrut akibat besar pasak dari tiang, salah mengalokasikan uang mereka, maupun tidak mampu memutar uang tersebut menjadi income kembali.

Lalu bagaimana cara untuk mengantisipasi hal diatas tidak terjadi?

Langkah pertama disebut sebagai langkah aman, yaitu dengan mengalihkan uang tersebut ke aset-aset cair atau liquid assets (aset yang bisa diubah menjadi uang tunai tanpa mengurangi nilainya secara drastis). Sebetulnya cukup banyak aset cair yang masyarakat bisa pilih seperti aset pasar uang (konversi ke mata uang asing), reksadana, saham, dan sebagainya. Namun Penulis menilai alangkah baiknya jika uang tersebut dikonversikan dengan cara membeli aset emas yang notabene lebih umum dan mudah dicairkan bilamana diperlukan.

Langkah yang kedua ialah menjadikan uang sebagai peluang usaha atau bisnis. Namun Penulis ingatkan beberapa hal yaitu peluang bisnis selalu terbuka, tidak semua orang ditakdirkan jadi pebisnis, dan rezeki merupakan takdir yang bisa diubah tetapi kesemuanya dilandasi oleh skenario Allah.

Seperti Penulis katakan bahwasanya gerbang untuk membuka usaha selalu terbuka kepada siapapun dan dalam berwirausaha tidak selalu membutuhkan modal besar.

Ketika Anda memutuskan untuk berwirausaha agar uang Anda miliki kelak menjadi income lagi maka Anda sekiranya harus memikirkan usaha apa yang memang menjadi passion Anda. Kenapa hal tersebut penting, karena jika Anda memulai usaha sesuai passion maka seminim-minimnya Anda sudah tahu dengan bidang usaha Anda geluti dan tinggal kemudian Anda mempersiapkan strategi menghadapi dunia bisnis agar dapat berjalan baik dan mencapai sukses.

Sejatinya jika Anda memang tidak memiliki passion untuk berwirausaha namun Anda punya keinginan untuk mencobanya maka jangan pernah sekali-sekali pernah menghamburkan uang ke hal yang Anda tidak ketahui untuk meminimalisir loss. 

Langkah ketiga yaitu dengan mengalihkan uang tersebut ke properti yang produktif, seperti perkebunan, sawah, perternakan, kost-kostan, ruko, kontrakan, apartemen, dan sebagainya. Dalam konteks properti-properti diatas bisa menjadi pasif income Anda dalam kurun periode tertentu.

Berbicara uang maka manusia tidak akan lepas dengan dinamikanya. Manusia kerap berlomba-lomba mencari uang yang banyak guna menjamin kehidupannya, namun dibalik itu memiliki uang yang banyak pun tetap tidak menjadikan hidup manusia tanpa masalah. Oleh karenanya bersyukurlah seminim apapun keadaan.

Demikian artikel Penulis. Mohon maaf bilamana ada kekurangan dikarenakan kekurangan milik Penulis pribadi. Terima kasih.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun