Mohon tunggu...
Sania RahmaLaelatusabila
Sania RahmaLaelatusabila Mohon Tunggu... Freelancer - pelajar

Dimana ada kesempatan, maka disanalah saya harus menyebar kebermanfaatan

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Kamu yang Kutunggu

20 Februari 2020   21:12 Diperbarui: 20 Februari 2020   21:12 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Aqila adalah gadis kecil yang hanya memiliki cita-cita mulia. Mungkin sebagian orang ini dianngap sepele, tapi menurutnya ini adalah hal yang luar biasa yang bisa menyembuhkan berbagai luka. Ya... cita-citaku hanya ingin melihat orang-orang disekelilingku tersenyum bahagia ketika akusangat bermanfaat dikehidupan mereka. Simpelnya adalah dengan keadaanku yang seperti ini, aku ingin membantu semua orang sebisaku. Tak ingin meminta imbalan, tapi hanya satu yang dipinta doakan semoga keluargaku dan aku bisa sehat terus agar bisa terus membantu lebih banyak orang lagi. Memiliki orang tua yang separuh memang tak mudah bagi aku. 

Bayangkah burung saja memiliki 2 sayaptapi ketika satu sayapnya hilang burung pun tak bisa terbang bebas untuk  apa yang dia mau. Akupun tak mau seperti burung, aku ingin tetap semangat untuk menggapai cita-citaku meskipun aku tak punya Ayah lagi. Ada satu hal yang aku ingat pesan Ayah sebelum meninggalkan Ibu dan aku. Ia hanya ingin aku menjadi orang yang bermanfaat bukan hanya untuk keluarga tapi unuk orang lain diluar sana yang membutuhkanku dan ia ingin Ibu memberi dukungan semangat dan doa yang tulus serta terus membimbing agar langkahku  kedepannya bisa lancer. Itulah mengapa aku punya cita-cita yang sangat sederhana.

Selain itu, pesan Ayahku jangan pernah khianati teman tetapi jangan ketergantungan dengan teman. Mungkin Ayah menginginkan aku berada di lingkungan yang sehat. Makannya entah kenapa aku selalu didekatkan dengah sahabat yang bener-bener mementingkan solidaritas. Sedikit sahabat lebih nyaman dibandingkan banyak teman yang semuanya palsu. Aku memiliki 2 orang sahabat namanya Ayudia dan Azkia,merekalah yang selalu menemaniku, menyemangatiku bahkan sekalinya aku kena musibah merekalah yang selalu stay sampai keadaannya kembali normal. Sebaliknya ketika mereka sedang terkena musibah, aku turut menemani mereka.

Aku akan berlaku

 Seperti  cermin bagimu, 

apapun yang kau


 lakukan padaku itu

 yang  ku lakukan padamu

            Awal  masuk SMP teman-teman mulai beragam dari yang egois, pemalu, so menjadi penguasa dan lain-lain. Menurutku aku berada di tengah-tengah mereka karena aku akan menyesuaikan dengan mereka tapi tidak untuk hal yang buruk. Bukannya labiltapi aku harus paham bagaimana mengkondisikan semuanya agar aku bisa diterima di lingkungan sosil dan menjadi tau bagaimana cara beradaptasi dengan orang yang bebrbeda sifatnya dengan kita. 

Ditambah aku itu orangnya sangat pengamat. Kalau ada orang belum kenal denganku, pasti aku dibilang sombong dan egois saat pertama kali bertemu. Tetapi, ketika sudah mengenal lebih dalam, mereka yang bilang aku egois akan berbanding terbalik dengan apa yang mereka nilai. Mereka akan bilang Aqila ternyata kamu berbeda pada saat pertama kali aku bertemu kamu. Kamu orangnya sangat baik dan murah senyum, fleksibel juga kalau kamu lagi ngobrol sama teman. Kamu orangnya nyaman buat diajak curhat tidak heran Ayudia danAzkia sangat betah ketika sedang berada dengan kamu. Sepertinya bayangan cita-citaku akan terwujud.

            Aku sangat menginginkan menjadi psikolog. Karena menurutku happy ajah ketika  mendengar curhatan orang lain dan yang lebih happy ketika aku bisa membantu memberikan solusi kepada mereka yang curhat dan masalah mereka benar-benar selesai. Jadi ingat pesan Ayah yang terealisasikan memang dari hal kecilpun bisa membantu orang lain. Intinya bantulah orang lain sebisa apapun dan sekecil apapun hal yang mau dibantunya. Tapi memang tak lepas atas izin Allah SWT semua akan baik-baik saja seberat apapun masalahnya.

            Kelas 7 semester 2, seorang cowo namanya Reza yang berusaha mendekatiku mulai semakin terlihat. Tapi  masuk kelas 8 kita tak sekelas lagi dia pun mulai menjauh. Sampai pada kelas 9 dan kita sekelas lagi  dia sudah berbeda. Pada saat itu memang aku tidak berpikiran untuk sampai "pacaran" tapi ngerasa ada yang berbeda saja ketika aku memiliki sahabat laki-laki. Aku ingin mengulik sifatnya dia, perlakuan dia seperi apa tapi sayangnya pindah kelas lah yang membuat kita tak berdekat  lagi dan  ketika disatu kelaskan lagi pun dia sudah punya pacar. 

Aku sama sekali tidak merasa apa-apa ketika dia mempunyai teman wanita yang lain dan prinsip ku dibawa santai saja. Tak bertahan lama dia meninggalkan wanita itu dengan alasan dia super over protektif dan Reza merasa tak nyaman dengan hal itu. Iyahlah dia orangnya senang dengan kebebasan tapi tak sampai melewati batas. Reza orangnya humble, punya pemikiran yang luas dan sopan dihadapan wanita. Dia pun tak  suka dengan wanita yang ngomongnya kasar sekalipun berbahasa sunda kasar.

            Reza orangnya sangat  rapi dia sering menegurku karena memang aku itu orangnya sedikit berantakan. Contohnya ketika memakai barang apapun aku tidak mau mengembalikannya ke tempat asal sebelum pekerjaan itu selesai. Tapi menurut Reza itu berantakan dan seharusnya ketika kita memakai barang  kembalikan dulu ke tempat asalanya ketika kita akan memakainya kembali baru diambil lagi dan itu membuat kita menjadi disiplin ketika memakai barang. Memang bagus caranya tapi menurutku itu cape 2 kali tapi memang rapi sih... aku tak merasa tersinggung ketika di tegur oleh orang lain toh semuanya demi kebaikan kita nantinya.

            Akhir cerita kelas 9 ditutup dengan cerita yang indah menurutku dan menurut kedua orang sahabatku. Di satu sisi kita sesekolah lagi di sekolah yang diimpikan yaitu SMA 1 Pelita Harapan. Itu adalah sekolah favorit yang diinginkan banyak orang tapi Alhamdulillah Ayudia dan Azkia bersama aku bisa masuk disekolah favorit itu. Di sisi lain hubungan aku dengan Reza semakin dekat ya.... bisa dibilang pacaran. 

Masa iya Ayudia dan Azkia saja keluar SMP udah punya pacar masa aku masih jomblo hehe. Tapi sayangnya aku dengan Reza tak sesekolah lagi, meskipun begitu aku tak lupa bahwa ada hal penting yaitu cita-cita yang perlu digapai untuk menjadi seorang psikolog. 2,5 tahun lamanya aku dan Reza pacaran danketika putus pun secara baik-baik aku yang meminta duluan sebab disiti aku bepikir bahwa sejauh apapun jodoh kita tapi ketika Allah SWT berkata dekatkan pada akhirnya didekatkan kembali.

            Aku menelepon Reza untuk menemuiku dan  Reza ketika mendengar kabar itu dia sangat senang karena memamng 1 bulan kita sudah tak bertemu. Jam 1 siang dia sudah sampai dan aku sudah menunggunya.awalnya biasa lah basa basi dia menanyakan kabarku bagaimana, di sekolahku apa punya teman cowo baru, tapi aku memberhentikan semua pertanyaan itu. Aku sangat to the point orangnya, aku langsung bilang Reza lebih baik kita gapai impian kita dahulu dan aku pun ingin focus pada sekolah dulu. 

Aku tidak ingin terganggu sedikit pun dan aku tidak ingin mengganggu kamu. Kamu pun punya cita-cita  ingin menjadi dokter dan aku sangat mendukung akan hal itu. Muka Reza memerah  dia hanya bilang intinya kamu mau sama aku? Dengan tegas aku menjawab YA. Dia spontan menjawab ingat aku tidak akan mencari wanita lain dan aku yakin jodohku itu adalah kamu. Akupun menjawab kalau memang yang terbaik seperti itu aku terima aku akan selalu mensupport apa yang dilakukan sama kamu. Tak aada satu katapun yang terlontar dari mulut  dia, dia langsung meninggalkan ku sendirian di tempat itu. Tidak lama kemudian dia menghampiriku dan bilang izinkan aku terakhir kali ini mengantarkan kamu sampai rumah, ya jawabku.

            Di perjalanan aku diam dan menangis sedangkan Reza focus untuk mengendarai motor. Aku berpikir tentang apa yang dia ucapkan tadi, apa benar dia bisa menahan hatinya untuk aku? Sampai nantipun aku tidak yakin akan hal  itu, jika itu bertolak belakang dengan apa yang dia ucapkan tadi, aku memang benar - benar harus ikhlas menerima semuanya. Memang ini keputusanku, tapi dalam waktu 2,5 tahun bukanlah waktu yang singkat bagiku. Kita sudah melewatinya bersama, aku dikit dikit berubah menjadi orang yang positif pemikirannya, itu semua karena Reza. 

Pada saat masih bersama, aku selalungomong pada diriku sendiri tidak mungkin Reza akan berpindah ke lain hati karena Reza bukan tipe orang yang seperti itu tapi itu sangat egois menurutku. Sekarang ketika dia berbicara kepadaku seperti itu, semakin tak rela aku melepaskannya. Tapi ini semua demi mimpi kita masing masing untuk membahagiakan orang tua kita masing masing juga. Aku berjanji pada diriku sendiri aku tidak akan mulai pembicaraan biarkan Reza yang mulai duluan agar aku tidak sakit hati ketika mendengar jawaban dari Reza.  Tidak ada pelukan yang hanga, taka da candaan yang hangat karena aku sadar aku bukan siapa siapanya dia lagi. Aku melihat dari spion muka Reza seperti menahan rasa kesal dan sedih dan aku sangat menikmati tatapan marahnya dia.

            Sesampainya dirumah, aku turun pelan pelan karena tidak ingin melupakan momen seperti ini dan harus bisa menerima bahwa ini adalah momen terakhir kita bersama. Helm aku kasihkan ke Reza dan dia hanya berkata makasih yah buat semuanya, sangat berkesan. Aku menjawab ya sama sama. Pas dia mau pergi lagi aku bilang hati hati ya dia menoreh ke arahku dengan senyuman yang sedih, aku yakin itu. Aku jalan menuju rumah dan berbicara dalam hati ayo Aqila jangan tunjukan kesedihanmu kepada Ibu, Aqila kuat, Aqila bisa move on dengan cepat, Aqila  bisa ikhlas, Aqila mampu menjalani semuanya. Ketika masuk rumah Ibu bertanya habis dari mana Qila? Ini bu baru ketemu Reza. 

Rezanya kemana? Kenapa ga disuruh masuk dulu? Biasanya dia suka mampir dan salam sama Ibu. Apa dia buru -- buru? Masa segitunya sama ibu. Aku langsung menjawab dia ada urusan mendadak bu, dan aku langsung pergi ke kamar karena tidak mau memperlihatkan wajahku yang sedih. Ibu teriak Qila besok Reza suruh sini ya Ibu mau ngomong sama dia mau nitip pesan jagain Qila biar ga terjerumus sama temen-temen sekolah Qila yang kaya gitu. Aku menjawab teriak juga pada ibu gimana nanti bu sambil menutupi pintu kamarku.

            Keesokan harinya pada saat di sekolah, aku tak ingin bercerita kepada siapa -- siapa. Memang kata orang -- orang diluar sana orang yang seneng mendengar curhatan orang lain tapi dirinya sendiri enggan untuk curhat kepada orang lain, tulah aku. Aku sering sekali ditanya sama Ayudia dan Azkia lagi ada masalah atau apa tapi aku tak mau menjawabnya, setelah 2 minggu kedepan baru aku cerita sebenarnya keadaan aku lagi gini gini gini tapi mereka tetap menerima aku dan membantu aku meskipun tidak cerita pada saat itu juga. Merakapun bertanya, kenapa Qila keliatan murung hari ini? Ya jelas aku akan menjawab ga kenapa kenapa  ko. 

Mereka memamng langsung mnegerti tidak akan bertanya seperti itu lagi nanti juga aku yang akan cerita sendiri sama mereka. Seminggu kemudian  ceritalah aku sama mereka kalau aku udah tidak ada hubungan apa -- apa lagi sama Reza. Mereka menyangka bahwa Reza  itu selingkuh tapi aku tetap bilang sama mereka bahwa ini kemauan aku meskipun kenyataannya pahit. Aku bilang pada mereka tenang ajah Reza bilang dia tidak akan  mencari wanita lain dia akan tetap menunggu aku sampai aku menjadi psikolog  dan dia akan menjadi dokter yang sukses. Aku percaya itu.

Jangan mendua, berdua saja

Itu sudah lebih dari cukup

Karena sendiri adalah sepi,

Dan bertiga adalah luka

            Pulang sekolah, langsung ditanya oleh Ibu. Qila mana Reza? sudah dikasih tau kalau ibu mau ketemu. Bingung deg degan campur aduk rasanya sebab Ibu sangat setuju dengan Reza dan sudah kenal baik dengan keluarganya tak heran jika Ibu sering ngobrol dengannya. Aku spontan menjawab Reza ada acara di Jakarta bu jadi ga bisa dateng, acaranya pun lumayan lama jadi ga  bisa bilang besok Reza bisa ketemu sama Ibu. Terus Reza ga sekolah gitu? Mamahnya ga marahin dia? Kalau jadi Ibunya Reza, Ibu udah ngasihtau dia jangan bolos seko..... aku  langsung memberhentikan pembicaraan Ibu, Qila ke kamar bu. Ibu bilang Qila dengerin dulu Ibu tapi aku mengabaikannya. Mungkin ini terlihat tidak sopan tapi mau bagaimana lagi aku tak ingin memperlihatkan kesedihanku untuk saat ini.

            Hari demi hari akhirnya aku sudah mulai terbiasa dengan semuanya. Aku sudah mulai terbiasa ketika teman -- teman menanyakan mana Reza biasanya suka dijemput. Memang Reza orangnya gampang sekali akrab, makannya banyak teman disekolahku berteman baik dengan dia. Aku juga tidak munafik akan melupakan Reza selamanya, ya ketika orang bertanya tentang Reza sesekali aku memang suka memikirkan dia, dia lagi apa ya jam segini, dia keadannya giamana ya sekarang... tapi aku harus selalu terlihat ceria dihadapan mereka.

3 minggu kemudian, Ibu menanyakan lagi kepadaku, mana Reza? Mana mungkin acara di Jakata sampai mau sebulan, sekolahnya gimana? Mamahnya pun akan melarang dia buat pergi kesana. Sini bu kita duduk diruang tengah yah... Qila mau biacara sama Ibu. Sebenarnya Qila sudah tidak dekat lagi sama Reza bu. Ibu kaget dan menjawab kok bisa? Aku menjelaskan kepada Ibu se detail mungkin. Ibu jangan marah dulu yaa, jadi gini bu aku gak mau terganggu sekolah karena aku ketergantungan sama Reza. 

Aku juga tidak menutupi bahwa aku memang tiap hari mikirin Reza bu. Itu sangat sangat menganggu konsentrasi belajar aku. Ibu tau sendiri pesan Ayah sama aku bahwa tidak boleh ketergantungan dengan seseorang kalau belum menjadi hak kita. Qila  ga cerita langsung ke Ibu karena takut marah. Kalau Qila terus seperti itu cita -- cita Qila buat jadi psikolog akan terganggu juga. Qila sudah menerima dengan segala resikonya ko bu... tenang saja tidak usah mikirin Qila dan kalau bisa Ibu jangan terlalu sering menanyakan Reza ya bu.. jangan membuat Reza menjadi kepikiran, boleh nanya sesekali nanti Qila sampaikan ke Ibu.

Ibu diam dan matanya berkaca kaca, Ibu salut sama kamu Qila. Maafkan Ibu karena sering bertanya keadaan Reza gimana. Ibu doakan agar kammu sukses dan Reza pun sukses dengan jalannya masing -- masing. Tapi Ibu ga yakin Reza  langsung menerima begitu saja. Ya bu, Reza bilang dia ga akan mencari lagi yang lain dan dia yakin bahwa  Qila akan jadi jodohnya dia. Tapi Qila ga akan berharap banyak bu karena yang  menentukan jodoh kita hanya Allah SWT bukan dari ucapan Reza. Sebagai orang tua hanya bisa mendo'akan yang terbaik saja, yang menjalankan kan kalian kalian juga. Iyah bu makasih udah mengerti keadaan Qila, jawabku.

                Setelah itu perjuanganku semakin berat, ketika  masuk Universitas yang diinginkan banyak sekali godaannya. Untungnya aku mampunyai rahasia jitu untuk tidak salah langkah, yaitu doa dan ridho dari seorang Ibu. Mau segimana berat cobaan kita, tetap penyembuhnya adalah ridho Ibu dan ridhonya Allah SWT. Ketika aku berpisah dengan kedua sahabtku, itupun merupakan ujian bagiku. Aku khawatir mereka akan berubah dan mendapatkan sahabat baru lalu meninggalkan aku. Tapi ternyata ketika dipisahkan pun komunikasi seperti biasanya dan seminggu sekali kita menjadwalkan untuk saling bertemu serta mengerjakan tugas bareng meskipun dengan jurusan yang berbeda. 

Pertemanan yang positif memang harus dipertahankan oleh siapapun. Satu saat ketika kita sedang mengerjakan tugas, Azkia melihatkan handphone nya kepadaku dan bilang Qila liat Reza punya cewe baru. Aku yang melihatnya benar benar memastikan dan ketika melihat instagram pacarnya ternyata benar dia sudah pacaran lumayan agak lama tapi aku heran kenapa di instagram aku tidak pernah muncul post sannya Reza. Mengecek lah di HP aku dan ternyata benar aku di hide sama Reza. 

Aku nangis bukan karena Reza sudah punya yang baru lagi tapi aku sedih dengan dia nge hide intagram aku dan dia melanggar ucapannya. Ayudia memeluk aku dan mengatakan sudah Qila sekarang kamu harus menjadi orang yang konsisten dengan apa yang kamu omongkan. Toh ketika nanti Reza melihat kamu sudah sukses dengan menjadi psikolog, aku yakin dia akan kembali lagi sama kamu. Tengang kamu masih punya Ibu, masih punya Ayudia dan Azkia, masih punya Allah SWT. Kamu tidak akan kesepian ko...., masih banyak laki -- laki diluar sana yang ingin kenal dengan kamu dan mendekatimu tentunya lebih tulus serta lebih baik dibandingkan dia.  Kata- kata yang disampaikan Ayu membuat semangatku on fire kembali. Aku yakin aku bisa!!

                Selang beberapa bulan, aku didekatkan oleh Azkia dengan teman cowonya namanya Iko. Penilaianku dia orangnya sangat aktif, pemikirannya luas, tapi kekurangannya dia tak se humble Reza. Lama dekat akhirnya kita jadian dengan komitmen di awal tidak boleh menganggu ketika sedang berada di Universitas masing -- masing. Intinya jangan menganggu ketika sedang belajar, terdengar seperti bocah tapi Iko setuju akan hal itu. Setelah beberapa minggu pacaran, aku mulai berani post di sosial mediaku. 

Jujur aku tidak menyembunyikan dari siapa -- siapa sekalipun Reza. Aku bercerita dengan Ibu  aku dekat dengan Iko dan Iko sering kerumahku dan  ngobrol dengan Ibu. Kata ibu kerkurangan dari Iko dia tak punya  tujuan kuliah di jurusan itu nantinya akan bekerja dimana.iko bilang segimana dapetnya saja, dan ibu tak setuju dengan pembicaraanya. Menurut Ibu, laki -- laki itu harus punya tujuan dan prinsip kedepannya mau gimana. Aku membantu meluruskan semuanya, tenang bu aku akan membantu Iko untuk mematangkan pemikirannya. Arahnya akan kemana semaunya Iko dan baik menurut orang tuanya Iko.

Kamu sabar, aku sabar

Kamu bahagia, aku bahagia

Kamu bingung, aku tak bingung

Kamu sedih, aku tak ingin sedih

Bukannya egois

Sebab akulah yang akan menyempurnakan semuanya

                Ada hal yang mengejutkan kepadaku. Bukan tentang Iko ataupun kedua sahabatku. Aku ingat hari Sabtu tepat pukul 8 malam Reza menghampiri aku ketika aku sedang berada di kost san Azkia . Aku pun heran kenapa dia bisa tahu kalau aku ada disini, ternyata dia menanyakan kepada Azkia dan dia mengancam kalau Azkia tidak ngasih tau keberadaanku, Reza akan melakukan satu hal kepadaku dan Azkia tidak menginginkan hal itu. Dibukalah pintu oleh Azkia dan dia sedikit berbicara tunggu sebentar ya aku panggilin dulu Qila nya. 

Dia dengan muka panik mengatakan maafin aku Qila, Reza datang kesini untuk nemunin kamu katanya ingin ngobrol sebentar. Aku ga berani nolak karena kalau aku ga kasih tau kamu lagi ada dimana dia bakalan berbuat sesuatu  sama kamu. Mau marah tapi gak bisa bagaimana pun Azkia udah bantu aku ya... akhirnya aku menjawab ya ga apa apa ko kia lagian aku sudah melupakan Reza. Mungkin yang kia khawatirkan aku bakalan keinget lagi sama dia dan susah lagi untuk melupakannya.

                Tak disangka -- sangka dia hanya ingin bertanya postingan aku di instagram. Menurutku mungkin dia cemburu ketika melihat aku dengan Iko tapi apa haknya dia kalau marah sama aku. Ternyata benar dia marah dan menanyakan kepadaku mana janji kamu katanya mau tetap menunggu aku sampai aku sukses jadi dokter. "kenapa kamu bisa deket sama Iko?mana janji kamu  katanya kamu mau setia sama aku" dengan berbicara yang tinggi. Ayo Qila jangan terpancing karena hal ini. Aku menjawab " kenapa aku tidak boleh melakukan hal yang sama seperti kamu?". Dia kebingungan dan menjawab "maksudnya kaya gimana?"

Sebelum aku pacaran sama Iko jauh dari itu kamu sudah pacaran sama Andin kan... kamu sengaja instagram aku di hide sama kamu emang kamu piker akau tidak tahu semuanya? Dengan nada suaraku yang sedikit tinggi karena sudah tidak tahan kenapa dia menjadi egois seperti ini. Akhirnya dia menjelaskan semuanya. Jadi gini Aqila sebenarnya aku ingin menyembuhkan luka dari kamu, tapi kenyataannya sama sekali tak ampuh. Pikiran dan hatiku tetap tertuju sama kamu, aku ga tau lagi gimana caranya biar bisa melupakan kamu. Bisa tidak kita berjuang sama sama lagi, menghadapi semuanya dengan tangisan bahagia. Seketika aku disitu menangis Reza pun terlihat sedih dan kalut pikirannya. Sebenarnya aku disitu belum menjadi psikolog yang handal karena aku masih perlu belajar. Umurku juga masih 21 tahun, masih panjang perjalananku untuk berjuang.

                Mungkin aku terlihat munafik ketika berbicara seperti itu. Bedanya Reza dengan Iko adalah  bagiku Reza itu tidak mau pisah denganku jadi aku terlalu bergantungan sama dia tapi beda dengan Iko dia tau mana batasan dia ketika ingin bertemu sama aku dan bertemu dengan teman -- temannya. Akhirnya aku menjawab maafkan aku Reza untuk kali ini aku ga bisa menerima kamu seperti dulu lagi. Tapi aku yakin ketika kita sudah sukses kita akan bersama lagi  kalau memang sudah jalannya Allah SWT. 

Iko bilang kenapa harus gini sih jadinya samba tangannya sudah mengepal seperti akan menonjok tembok. Aku memegang  tangannya dan berkata kalau kamu yakin aku pun akan yakin. Yakinkan bahwa kita bisa menghadapi semuanya. Reza tidak bisa menahan tangisannya dan dia langsung pulang tanpa sepatah kata apapun. Tanpa aku mengetahuinya ketika Reza pulang Azkia kasih tau bahwa  sebenarnya Iko adalah teman Reza juga tapi Iko dengan sabar ingin membantu aku untuk tidak memikirkan terus Reza. Reza pun tidak bilang kalau Iko itu temannya mungkin dia pun tidak ingin merusaknya. Disitu mood ku hancur aku langsung pulang tanpa pamitan ke Azkia dengan  rasa sedikit kesal.

                Di kamar aku terus memikirkan keduanya.aku merasa orang yang paling egois di dunia ini. Aku nyaman dengan Iko tapi tak ingin lepas dari Reza. Balik lagi liat perjuangan Iko sampai saat ini, kita udah pacaran hamper 2 tahun dan itu bukan perkara yang mudah. Tidak tega untuk menyakiti Iko hanya karena hal ini. Tapi aku yakin suatu saat nanti aku pasti bilang ke Iko yang sejujur jujurnya apa yang aku mau insyaallah dengan jujur semuanya akan berjalan dengan baik dan Iko pasti menerima semua itu.

                Beberapa hari aku mengumpulkan niat untuk jujur kepaa Iko akhirnya aku menemui Iko disebuah caf yang Iko sering nongkrong disana. Aku ajak dia untuk keruang VIP agar bisa bertatap muka melihat wajahku yang akan berkata jujur ini. Jujur beda rasanya ketika ditembak oleh Iko itu kaya biasa ajah tapi ketika sekarang aku yang berbicara ke Iko gerogi, gemeteran, jantung dag dig dug ga karuan. Perlahan aku atur nafas, Iko melihatku kebingungan. Ada apa sih Aqila ngomong diluar juga bisa kali... aku bilang ke Iko kali ini beda. Tidak berpikir panjang aku langsung bilang Iko aku udah tau ko semuanya, mulai dari kamu temennya Reza, kamu ingin membantu aku untuk melupakan Reza, terimakasih atas semuanya. Tapi aku tak ingin rasa ini karena sebab yang seperti itu. 

Aku ingin hubungan ini tulus apa adanya tapi menurutku tidak. Iko pun berbalas "ga Qila, aku tulus sama kamu, aku tidak pernah memandang itu semua awalnya iyah tapi setelah dipikirpikir kamu beda dari wanita lain, kamu wanita hebat yang pernah aku temui, Izinkan aku untuk memperbaiku semuanya. Melihat ketulusan dia niatku semakin menjauh untu meninggalkan Iko. Tapi kejadian ini sama sekali seperti aku meninggalkan Reza. Aku menjawab "Iko dengerin baik baik nya aku seperti iniudah mengalami untuk kedua kalinya,aku pikir kamu menjadi obat aku tapi kali ini tidak. Aku bingung, ga tau lagiakuharus ngelakuin apa. Mungkin yang terbaik memang aku harus putus sama kamu." Muka Iko keliatan kaget dan ga tau harus melakukan apa lagi. Adu berbicara sedikit memamng wajar aku terima itu tapi keputusannya adalah aku  lebih baik menyendiri tapi bisa membahagiakan orang lain.

Pulang

Jadi kata paling nyaman

Setelah proses pencarian panjang

                5 tahun mendatang stelah aku sukses menjadi psikolog yaa setidaknya telah tercapai meskipun belum sukses sukses amat hehe... aku senang melihat Ayudia sudah bekerja di Bank, Azkia sudah menjadi istri pengusaha yang kaya, dan setidaknya aku sudah menjadi psikolog. Kadang aku suka mengingat kembali bagaimana dulu aku bisa melewati semua ini. Kuci utamanya adalah bersyukur. Sesulit apapun masalah yang dihadapi adalah harus bersyukur dan berikhtiar  semampu kita. Terbukti keinginan semuanya sudah tercapai dan yang belum tercapai adalah menikah. 

Umur sudah menginjak 27 tapi calon  pun belum ada. Aku pun tidak terlalu khawatir akan hal itu, tapi berbeda dengan Ibu, Ibu selalu khawatir bagaimana kalau Ibu sudah tidak ada dan aku belum menikah juga. Aku selalu sedih ketika Ibu berbicara seperti itu. Akupun sebagai anak ingin menenangkan hati ibu yang gelisah aku menjawab pertanyaan Ibu doakan saja bu, Allah lagi menyiapkan jodohku yang terbaik bagi Allah dan menurut Ibu.

                Suatu ketika, Ayudia dan Azkia mengajak ketemuan di sebuah Caf dekat rumah. Kebetulan mereka punya waktu untuk berkumpul. Biasa yang diomongkan para wanita adalah cowo lagi cowo lagi ya meskipun terdengar menyebalkan tapi mau bagaimana lagi namanya juga hidup diantara teman yang sudah memiliki pasangan. Ketika lagi menyantap makanan, terlihat seorang pria masuk ke caf itu dengan badan yang kekar, rambutnya yang rapi, masih pakai baju olahraga bekas ngegym mungkin. Disitu aku melihat ohh ada cowo cuman sekedar itu ajah. Akupun tak bilang pada sahabatku karena menurutku itu hal yang biasa saja. 

Ketika sudah beres makan, cowo itu menghampiri kita dan menanyakan Aqila kan? Ayudia? Azkia? Sontak kami bertiga nanya kembali siapa ya kenapa bisa kenal  kita? Setelah sadar, Azkia  memukul tangan aku dan dia seperti susah ngomong itu re re re re, tapi keburu  dijawab saya Dokter Reza. Satupun dari kami tidak ada yang menyangka kalau itu mantan aku. Azkia baru bia ngomong kembali ketika Reza selesai berbicara. Reza berubah drastis dari gaya pakaian, gaya rambut dan badannya pun berbeda. Dia mengurus diri untuk kebaikan diri sendiri. Dari sana kita mulai berbincang lagi membahas pekerjaan satu sama lain.

                Tidak ada yang menyangka setelah 5 tahun berpisah akhirnya kita dipertemukan kembali. Scenario Allah yang sangat indah yang aku alami semasa hidup. Tidak menyangka bahwa Reza kali ini setia dengan komitmennya bahwa  tidak akan pacaran lagi dan terbukti sampai  pada akhirnya ketemu denganku, dia sama sekali tidak dekat dengan temen cewe manapun. Dia mengaku bahwa setiap malam dia selalu berdoa berikan yang terbaik baik kehidupannya dia ataupun kehidupanku. Tanpa berpikir panjang, selang 3 bulan waktu ketemu, Reza ngajak serius padaku. Speehlessssss. 

Menurutku dia adalah orang yang tepat. Tapi aku khawatir dengan restu orang tua. Bagi ibu mantan adalah mantan tidak mungkin rasanya pasangan hidup kita itu adalah  mantan. Tapi berkat ketulusan Reza mau menerima apa adanya, Ibu setuju dengan segala keputusan yangaku ambil. Jelasaku menerimanya, kedua orang tua Reza sebenarnya dari dulu menginginkan aku untuk menjadi istri Reza tapi apa daya garis cerita yang dulu berbeda dengan sekarang.

                Alhamdulillah pernikahan berjalan dengan lancar, aku dikaruniai 2 orang anak sepasang cewe cowo dan itu memang keinginan Reza sedari dulu. Berbagai suka duka kita lewati bersama, nikmati bersama. Memang benar ketika sudah dewasa yang menetap di hati bukan yang menarik secara fisik namun yang terpenting  adalah berkomitmen dan bisa saling memahami. Bahasa rahasianya ketika jodohku itu adalah orang yang paling aku tunggu.

Jika sesuatu itu milik kita.

Sesulit apapun jalannya, apapun rintangannya.

Pasti akan jadi milik kita, karena memang untuk kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun