Mohon tunggu...
Sania RahmaLaelatusabila
Sania RahmaLaelatusabila Mohon Tunggu... Freelancer - pelajar

Dimana ada kesempatan, maka disanalah saya harus menyebar kebermanfaatan

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Kamu yang Kutunggu

20 Februari 2020   21:12 Diperbarui: 20 Februari 2020   21:12 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

                Ada hal yang mengejutkan kepadaku. Bukan tentang Iko ataupun kedua sahabatku. Aku ingat hari Sabtu tepat pukul 8 malam Reza menghampiri aku ketika aku sedang berada di kost san Azkia . Aku pun heran kenapa dia bisa tahu kalau aku ada disini, ternyata dia menanyakan kepada Azkia dan dia mengancam kalau Azkia tidak ngasih tau keberadaanku, Reza akan melakukan satu hal kepadaku dan Azkia tidak menginginkan hal itu. Dibukalah pintu oleh Azkia dan dia sedikit berbicara tunggu sebentar ya aku panggilin dulu Qila nya. 

Dia dengan muka panik mengatakan maafin aku Qila, Reza datang kesini untuk nemunin kamu katanya ingin ngobrol sebentar. Aku ga berani nolak karena kalau aku ga kasih tau kamu lagi ada dimana dia bakalan berbuat sesuatu  sama kamu. Mau marah tapi gak bisa bagaimana pun Azkia udah bantu aku ya... akhirnya aku menjawab ya ga apa apa ko kia lagian aku sudah melupakan Reza. Mungkin yang kia khawatirkan aku bakalan keinget lagi sama dia dan susah lagi untuk melupakannya.

                Tak disangka -- sangka dia hanya ingin bertanya postingan aku di instagram. Menurutku mungkin dia cemburu ketika melihat aku dengan Iko tapi apa haknya dia kalau marah sama aku. Ternyata benar dia marah dan menanyakan kepadaku mana janji kamu katanya mau tetap menunggu aku sampai aku sukses jadi dokter. "kenapa kamu bisa deket sama Iko?mana janji kamu  katanya kamu mau setia sama aku" dengan berbicara yang tinggi. Ayo Qila jangan terpancing karena hal ini. Aku menjawab " kenapa aku tidak boleh melakukan hal yang sama seperti kamu?". Dia kebingungan dan menjawab "maksudnya kaya gimana?"

Sebelum aku pacaran sama Iko jauh dari itu kamu sudah pacaran sama Andin kan... kamu sengaja instagram aku di hide sama kamu emang kamu piker akau tidak tahu semuanya? Dengan nada suaraku yang sedikit tinggi karena sudah tidak tahan kenapa dia menjadi egois seperti ini. Akhirnya dia menjelaskan semuanya. Jadi gini Aqila sebenarnya aku ingin menyembuhkan luka dari kamu, tapi kenyataannya sama sekali tak ampuh. Pikiran dan hatiku tetap tertuju sama kamu, aku ga tau lagi gimana caranya biar bisa melupakan kamu. Bisa tidak kita berjuang sama sama lagi, menghadapi semuanya dengan tangisan bahagia. Seketika aku disitu menangis Reza pun terlihat sedih dan kalut pikirannya. Sebenarnya aku disitu belum menjadi psikolog yang handal karena aku masih perlu belajar. Umurku juga masih 21 tahun, masih panjang perjalananku untuk berjuang.

                Mungkin aku terlihat munafik ketika berbicara seperti itu. Bedanya Reza dengan Iko adalah  bagiku Reza itu tidak mau pisah denganku jadi aku terlalu bergantungan sama dia tapi beda dengan Iko dia tau mana batasan dia ketika ingin bertemu sama aku dan bertemu dengan teman -- temannya. Akhirnya aku menjawab maafkan aku Reza untuk kali ini aku ga bisa menerima kamu seperti dulu lagi. Tapi aku yakin ketika kita sudah sukses kita akan bersama lagi  kalau memang sudah jalannya Allah SWT. 

Iko bilang kenapa harus gini sih jadinya samba tangannya sudah mengepal seperti akan menonjok tembok. Aku memegang  tangannya dan berkata kalau kamu yakin aku pun akan yakin. Yakinkan bahwa kita bisa menghadapi semuanya. Reza tidak bisa menahan tangisannya dan dia langsung pulang tanpa sepatah kata apapun. Tanpa aku mengetahuinya ketika Reza pulang Azkia kasih tau bahwa  sebenarnya Iko adalah teman Reza juga tapi Iko dengan sabar ingin membantu aku untuk tidak memikirkan terus Reza. Reza pun tidak bilang kalau Iko itu temannya mungkin dia pun tidak ingin merusaknya. Disitu mood ku hancur aku langsung pulang tanpa pamitan ke Azkia dengan  rasa sedikit kesal.

                Di kamar aku terus memikirkan keduanya.aku merasa orang yang paling egois di dunia ini. Aku nyaman dengan Iko tapi tak ingin lepas dari Reza. Balik lagi liat perjuangan Iko sampai saat ini, kita udah pacaran hamper 2 tahun dan itu bukan perkara yang mudah. Tidak tega untuk menyakiti Iko hanya karena hal ini. Tapi aku yakin suatu saat nanti aku pasti bilang ke Iko yang sejujur jujurnya apa yang aku mau insyaallah dengan jujur semuanya akan berjalan dengan baik dan Iko pasti menerima semua itu.

                Beberapa hari aku mengumpulkan niat untuk jujur kepaa Iko akhirnya aku menemui Iko disebuah caf yang Iko sering nongkrong disana. Aku ajak dia untuk keruang VIP agar bisa bertatap muka melihat wajahku yang akan berkata jujur ini. Jujur beda rasanya ketika ditembak oleh Iko itu kaya biasa ajah tapi ketika sekarang aku yang berbicara ke Iko gerogi, gemeteran, jantung dag dig dug ga karuan. Perlahan aku atur nafas, Iko melihatku kebingungan. Ada apa sih Aqila ngomong diluar juga bisa kali... aku bilang ke Iko kali ini beda. Tidak berpikir panjang aku langsung bilang Iko aku udah tau ko semuanya, mulai dari kamu temennya Reza, kamu ingin membantu aku untuk melupakan Reza, terimakasih atas semuanya. Tapi aku tak ingin rasa ini karena sebab yang seperti itu. 

Aku ingin hubungan ini tulus apa adanya tapi menurutku tidak. Iko pun berbalas "ga Qila, aku tulus sama kamu, aku tidak pernah memandang itu semua awalnya iyah tapi setelah dipikirpikir kamu beda dari wanita lain, kamu wanita hebat yang pernah aku temui, Izinkan aku untuk memperbaiku semuanya. Melihat ketulusan dia niatku semakin menjauh untu meninggalkan Iko. Tapi kejadian ini sama sekali seperti aku meninggalkan Reza. Aku menjawab "Iko dengerin baik baik nya aku seperti iniudah mengalami untuk kedua kalinya,aku pikir kamu menjadi obat aku tapi kali ini tidak. Aku bingung, ga tau lagiakuharus ngelakuin apa. Mungkin yang terbaik memang aku harus putus sama kamu." Muka Iko keliatan kaget dan ga tau harus melakukan apa lagi. Adu berbicara sedikit memamng wajar aku terima itu tapi keputusannya adalah aku  lebih baik menyendiri tapi bisa membahagiakan orang lain.

Pulang

Jadi kata paling nyaman

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun