Mohon tunggu...
Sania RahmaLaelatusabila
Sania RahmaLaelatusabila Mohon Tunggu... Freelancer - pelajar

Dimana ada kesempatan, maka disanalah saya harus menyebar kebermanfaatan

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Kamu yang Kutunggu

20 Februari 2020   21:12 Diperbarui: 20 Februari 2020   21:12 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

            Kelas 7 semester 2, seorang cowo namanya Reza yang berusaha mendekatiku mulai semakin terlihat. Tapi  masuk kelas 8 kita tak sekelas lagi dia pun mulai menjauh. Sampai pada kelas 9 dan kita sekelas lagi  dia sudah berbeda. Pada saat itu memang aku tidak berpikiran untuk sampai "pacaran" tapi ngerasa ada yang berbeda saja ketika aku memiliki sahabat laki-laki. Aku ingin mengulik sifatnya dia, perlakuan dia seperi apa tapi sayangnya pindah kelas lah yang membuat kita tak berdekat  lagi dan  ketika disatu kelaskan lagi pun dia sudah punya pacar. 

Aku sama sekali tidak merasa apa-apa ketika dia mempunyai teman wanita yang lain dan prinsip ku dibawa santai saja. Tak bertahan lama dia meninggalkan wanita itu dengan alasan dia super over protektif dan Reza merasa tak nyaman dengan hal itu. Iyahlah dia orangnya senang dengan kebebasan tapi tak sampai melewati batas. Reza orangnya humble, punya pemikiran yang luas dan sopan dihadapan wanita. Dia pun tak  suka dengan wanita yang ngomongnya kasar sekalipun berbahasa sunda kasar.

            Reza orangnya sangat  rapi dia sering menegurku karena memang aku itu orangnya sedikit berantakan. Contohnya ketika memakai barang apapun aku tidak mau mengembalikannya ke tempat asal sebelum pekerjaan itu selesai. Tapi menurut Reza itu berantakan dan seharusnya ketika kita memakai barang  kembalikan dulu ke tempat asalanya ketika kita akan memakainya kembali baru diambil lagi dan itu membuat kita menjadi disiplin ketika memakai barang. Memang bagus caranya tapi menurutku itu cape 2 kali tapi memang rapi sih... aku tak merasa tersinggung ketika di tegur oleh orang lain toh semuanya demi kebaikan kita nantinya.

            Akhir cerita kelas 9 ditutup dengan cerita yang indah menurutku dan menurut kedua orang sahabatku. Di satu sisi kita sesekolah lagi di sekolah yang diimpikan yaitu SMA 1 Pelita Harapan. Itu adalah sekolah favorit yang diinginkan banyak orang tapi Alhamdulillah Ayudia dan Azkia bersama aku bisa masuk disekolah favorit itu. Di sisi lain hubungan aku dengan Reza semakin dekat ya.... bisa dibilang pacaran. 

Masa iya Ayudia dan Azkia saja keluar SMP udah punya pacar masa aku masih jomblo hehe. Tapi sayangnya aku dengan Reza tak sesekolah lagi, meskipun begitu aku tak lupa bahwa ada hal penting yaitu cita-cita yang perlu digapai untuk menjadi seorang psikolog. 2,5 tahun lamanya aku dan Reza pacaran danketika putus pun secara baik-baik aku yang meminta duluan sebab disiti aku bepikir bahwa sejauh apapun jodoh kita tapi ketika Allah SWT berkata dekatkan pada akhirnya didekatkan kembali.

            Aku menelepon Reza untuk menemuiku dan  Reza ketika mendengar kabar itu dia sangat senang karena memamng 1 bulan kita sudah tak bertemu. Jam 1 siang dia sudah sampai dan aku sudah menunggunya.awalnya biasa lah basa basi dia menanyakan kabarku bagaimana, di sekolahku apa punya teman cowo baru, tapi aku memberhentikan semua pertanyaan itu. Aku sangat to the point orangnya, aku langsung bilang Reza lebih baik kita gapai impian kita dahulu dan aku pun ingin focus pada sekolah dulu. 


Aku tidak ingin terganggu sedikit pun dan aku tidak ingin mengganggu kamu. Kamu pun punya cita-cita  ingin menjadi dokter dan aku sangat mendukung akan hal itu. Muka Reza memerah  dia hanya bilang intinya kamu mau sama aku? Dengan tegas aku menjawab YA. Dia spontan menjawab ingat aku tidak akan mencari wanita lain dan aku yakin jodohku itu adalah kamu. Akupun menjawab kalau memang yang terbaik seperti itu aku terima aku akan selalu mensupport apa yang dilakukan sama kamu. Tak aada satu katapun yang terlontar dari mulut  dia, dia langsung meninggalkan ku sendirian di tempat itu. Tidak lama kemudian dia menghampiriku dan bilang izinkan aku terakhir kali ini mengantarkan kamu sampai rumah, ya jawabku.

            Di perjalanan aku diam dan menangis sedangkan Reza focus untuk mengendarai motor. Aku berpikir tentang apa yang dia ucapkan tadi, apa benar dia bisa menahan hatinya untuk aku? Sampai nantipun aku tidak yakin akan hal  itu, jika itu bertolak belakang dengan apa yang dia ucapkan tadi, aku memang benar - benar harus ikhlas menerima semuanya. Memang ini keputusanku, tapi dalam waktu 2,5 tahun bukanlah waktu yang singkat bagiku. Kita sudah melewatinya bersama, aku dikit dikit berubah menjadi orang yang positif pemikirannya, itu semua karena Reza. 

Pada saat masih bersama, aku selalungomong pada diriku sendiri tidak mungkin Reza akan berpindah ke lain hati karena Reza bukan tipe orang yang seperti itu tapi itu sangat egois menurutku. Sekarang ketika dia berbicara kepadaku seperti itu, semakin tak rela aku melepaskannya. Tapi ini semua demi mimpi kita masing masing untuk membahagiakan orang tua kita masing masing juga. Aku berjanji pada diriku sendiri aku tidak akan mulai pembicaraan biarkan Reza yang mulai duluan agar aku tidak sakit hati ketika mendengar jawaban dari Reza.  Tidak ada pelukan yang hanga, taka da candaan yang hangat karena aku sadar aku bukan siapa siapanya dia lagi. Aku melihat dari spion muka Reza seperti menahan rasa kesal dan sedih dan aku sangat menikmati tatapan marahnya dia.

            Sesampainya dirumah, aku turun pelan pelan karena tidak ingin melupakan momen seperti ini dan harus bisa menerima bahwa ini adalah momen terakhir kita bersama. Helm aku kasihkan ke Reza dan dia hanya berkata makasih yah buat semuanya, sangat berkesan. Aku menjawab ya sama sama. Pas dia mau pergi lagi aku bilang hati hati ya dia menoreh ke arahku dengan senyuman yang sedih, aku yakin itu. Aku jalan menuju rumah dan berbicara dalam hati ayo Aqila jangan tunjukan kesedihanmu kepada Ibu, Aqila kuat, Aqila bisa move on dengan cepat, Aqila  bisa ikhlas, Aqila mampu menjalani semuanya. Ketika masuk rumah Ibu bertanya habis dari mana Qila? Ini bu baru ketemu Reza. 

Rezanya kemana? Kenapa ga disuruh masuk dulu? Biasanya dia suka mampir dan salam sama Ibu. Apa dia buru -- buru? Masa segitunya sama ibu. Aku langsung menjawab dia ada urusan mendadak bu, dan aku langsung pergi ke kamar karena tidak mau memperlihatkan wajahku yang sedih. Ibu teriak Qila besok Reza suruh sini ya Ibu mau ngomong sama dia mau nitip pesan jagain Qila biar ga terjerumus sama temen-temen sekolah Qila yang kaya gitu. Aku menjawab teriak juga pada ibu gimana nanti bu sambil menutupi pintu kamarku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun