"Di daerah Ciledug, Jaksel dan Jakbar udah gak punya suasana pedesaan itu yang pertama. Kedua, mungkin nenek mereka sudah gak tinggal disana lagi. Nah saya mau masukin aura itu di Ciledug."
"Kenapa suka vintage karena juga saat SD, saya udah dijerumusin lagu-lagu jadul seperti The Beatles, Scorpions, Deep Purple. Kalau dengar lagu sekarang malah gak kena. Karena tone dan aransemennya udah jauh. Ada beberapa yang masih bagus. Cuma beberapa aja. Gak sebagus lirik, tone dan aransemen pada zaman itu." kata Andik lagi.
Kembali kenapa Andik dan Arief menyukai tema masa lalu dalam menjalani bisnis kulinernya, rupanya mereka memiliki kesukaan yang sama terhadap sepeda motor jadul.
"Saat saya menyampaikan konsep seperti ini, Mas Arief gak masalah ya karena kita sama-sama suka yang vintage dan etnik. Karena kita juga partner di komunitas Vespa. Karena di komunitas setiap minggu kita suka ngopi-ngopi, maka kita sepakat membuka Lawoe ini." ungkap Andik.
Hal lain yang juga menginspirasi Andik bersama Arief menjalani usaha Lawoe Kedai Kopi, karena dari segelas kopi banyak turunannya.
"Kalau udah di warung kopi, semua bisa dibicarain. Tentang kehidupan, keluarga, personality, sampai soal percintaan. Bicara kopi, kalau kita bertamu pasti yang ditawarkan tuan rumah minuman kopi. Kopi juga udah jadi komoditas nomor dua di Indonesia, yang pertama adalah air putih." pungkasnya.
Andik dan Arief memang tahu betul seluk beluk kopi. Itu terbukti untuk olahan kopi di Lawoe Kedai Kopi, mereka sengaja memakai biji kopi langsung dari petani.
"Kita roasting kopi sendiri. Saya ngeroasting kopi ikut sama temen, belajar gimana caranya cost serendah-rendahnya. Kita ambil kopi Robusta dari Temanggung. Arabika kita ambil dari Jawa Tengah dan Jawa Timur."
"Pangsa pasar di kedai kopi
itu ada tiga. Pertama, ngopi enak. Kedua, tempatnya bagus tapi kopinya gak enak, gak masalah. Dia bisa ngobrol. Ketiga, suasana. Nah, saya ambil tiga-tiganya. Riset sampai membangun Lawoe setahun lamanya." ungkapnya.