Suasana interior Lawoe Kedai Kopi nampak makin vintage ketika di beberapa sudut dipajang sepeda motor jadul.
"Kita juga pajang koleksi motor jadul. Ada Honda C70 tahun 1975, 90S awal 1970 dan ada Vespa akhir-akhir tahun 1970." terang Andik.
Sementara untuk penamaan Lawoe Kedai Kopi sendiri, Andik dan Arief mengaku terinspirasi dari nama Gunung Lawu yang ada di antara tiga kabupaten, yaitu Karanganyar di Jawa Tengah, Ngawi, dan Magetan di Jawa Timur.
"Nama Lawoe awalnya kita berpikir apa nih yang unggul di pulau Jawa. Karena di awal kita memang ingin yang tradisional. Karena ngomongin tradisional, pasti itu Jawa. Nah, Mas Arief sebut nama Gunung Lawu itu megah se-Jawa Timur dan se-Jawa Tengah. Kebetulan juga saya suka naik gunung dan terakhir yang saya daki itu Gunung Lawu." papar Andik.
Lantaran Lawoe Kedai Kopi mengusung konsep etnik dan vintage, Andik dan Arief sepakat memakai ejaan lama. Seperti Lawu menjadi Lawoe.
"Tapi Lawoe kita pakai ejaan lama karena konsepnya vintage dan etnik kita satukan. Disini kita pakai ejaan lama seperti "bayar" kita pakai "bajar". "Kami melayani" jadi "Kami melajani" begitu kita pakai ejaan lama." lanjutnya menerangkan.
Sebagai generasi milenial, Andik dan Arief punya alasan kuat kenapa mereka menyukai hal-hal yang bertema masa lalu.
Bahkan ketika keduanya mendirikan Lawoe Kedai Kopi di Ciledug, mereka mendapatkan bahwa kafe atau warung kopi yang sudah ada Ciledug, belum ada satu pun yang mengusung konsep etnik dan vintage tersebut. Â