Mohon tunggu...
Samuel Edward
Samuel Edward Mohon Tunggu... Seniman - Pecinta dunia literatur, pecinta kopi, pecinta satwa khususnya anjing, pecinta alam. Dan semua itu dalam stadium 4 dan grade 4!

Tugas yang kuemban adalah membawa dan membuat mulia nama Bos-ku di mana pun aku hidup, apa pun yang aku lakukan, kepada siapa pun yang aku temui, kapan pun waktu dan kesempatannya.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi | Ibu

2 September 2018   14:33 Diperbarui: 2 September 2018   15:17 197
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Sumber ilustrasi: https://digitalparenting.wordpress.com/2010/02/20/parenting-in-a-digital-age-for-digital-media-learning-conference/)

Sebenarnya tak segan untuk mengupetikan hormat padamu
Obsesiku tak lain adalah membayar budimu
Bakti serta penghargaan telah kusiapkan
Sepenuh jiwa mendedikasikan dirinya demi sejumput terimakasih
Berabad hidup penuh pengabdian terlalu sedikit berarti
Sekuat tenaga kukerahkan kepatuhan berpeluh kerelaan

Tapi kenapa kautuntut terlalu banyak?
Mengapa begitu menjadi obsesi kehormatan bagimu?
Kehebatan rahimmu yang menelurkanku selalu kaubangkit-bangkit
Tak sedetikpun lewat tanpa kauungkit semua ongkos yang keluar
Untuk menghidupiku, sejak aku ada hingga hari ini
Seolah kau bermain sebagai Tuhan dalam meminta segala patuhku
Dan bilamana hasratmu begitu besar untuk selalu mengendalikanku

Aku tak pernah mengemis supaya kaulahirkan aku
Pernahkah kauterima pesanku yang memaksamu dibuahi
Hingga terbentuk seonggok daging
Yang kini bermetamorfosa menjadi diriku?
Tak sadarkah kau akan semua kewajibanmu semata
Juga tanggungjawabmu belaka
Untuk merawat dan membesarkan manusia ini?
Sebab kau senatiasa berulah seakan aku berhutang hidup darimu

Terasakah olehmu sakit hatiku oleh segala dampratan
Serta selorohmu
Nan mengisyaratkan aku sebagai si pengutang
Yang hidupnya dihantui selalu oleh tagihan si rentenir?
Terpikirkah kau bahwa aku pun manusia
Seorang individu tersendiri yang berhak menentukan langkah sendiri
Daripada sekadar milikmu dan bonekamu semata?

Jawablah aku,
Ibu.........!

_______________________

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun