ORANG CERDAS: BICARA HAL TERTENTU, DI SAAT TERTENTU
*Salmun Ndun,S.Pd., Guru UPTD SMP Negeri 1 Lobalain, Kab. Rote Ndao
Banyak orang percaya bahwa kecerdasan diukur dari seberapa fasih seseorang berbicara atau seberapa cepat ia menanggapi perdebatan. Padahal, di balik kebisuan yang tampak sederhana, sering tersembunyi kebijaksanaan yang jauh lebih dalam. Orang cerdas bukan hanya tahu apa yang harus diucapkan, tetapi juga paham kapan waktu terbaik untuk melontarkannya. Sebab, di dunia yang bising oleh kata-kata yang saling bertabrakan, kemampuan bicara tertentu pada saat tertentu justru menjadi penanda kedewasaan berpikir dan keluhuran bersikap.
Dalam dunia kerja, keluarga, bahkan pertemanan, sikap berbicara di saat yang tepat sering kali lebih dihargai daripada sekadar banyak bicara. Orang yang mampu memilih diam di tengah pertikaian, atau memilih berbicara tegas saat suasana memburuk, kerap menjadi penentu arah percakapan dan penyejuk ketegangan. Jadi, seni menakar kata adalah wujud nyata dari kecerdasan yang tidak hanya teoritis, tetapi juga terimplementasi dalam sikap sehari-hari.
Orang yang hanya berbicara pada waktu dan situasi yang tepat biasanya memiliki beberapa ciri khas. Mereka peka membaca suasana dan mampu menahan keinginan untuk menyela atau mendominasi pembicaraan. Saat berbicara, kata-katanya singkat namun bermakna, tidak bertele-tele apalagi menyinggung. Mereka juga tidak mudah terpancing emosi, sehingga tetap tenang meski menghadapi perdebatan panas. Kepekaan, pengendalian diri, dan kemampuan memilih kata inilah yang membuat setiap perkataan mereka lebih didengar dan diingat orang lain.
Kedua, orang seperti ini biasanya lebih dihargai karena kata-katanya dianggap berisi dan pantas dijadikan pegangan. Dalam lingkungan kerja, kemampuan ini sering membuat seseorang dipercaya memimpin diskusi atau meredam perselisihan. Dalam lingkup keluarga atau pertemanan, mereka menjadi penengah yang menenangkan dan pendengar yang bijaksana.
Ketiga, berbicara di waktu yang tepat juga membantu seseorang menjaga reputasi, karena ia tidak mudah dicap cerewet atau asal bicara. Setiap perkataan yang dikeluarkan punya bobot dan tujuan yang jelas, sehingga mampu memengaruhi orang lain secara positif. Seni menahan lidah dan memilih momen bicara ini menjadi senjata halus yang menunjukkan kepribadian matang sekaligus kecerdasan sejati seseorang.
Untuk menjadi pribadi yang benar-benar cerdas dalam berbicara, ada beberapa hal penting yang patut diperhatikan. Pertama, latih kepekaan membaca situasi agar kita tahu kapan harus berbicara dan kapan sebaiknya menahan diri. Kedua, pastikan setiap kata yang keluar membawa manfaat, bukan sekadar untuk memenuhi ruang percakapan. Ketiga, kendalikan emosi, sebab kata yang lahir dari amarah sering kali lebih melukai daripada menyelesaikan masalah. Keempat, gunakan empati dalam berkomunikasi dengan menempatkan diri pada posisi lawan bicara.
Harapannya, kebiasaan sederhana ini mampu membentuk pribadi yang tidak hanya tampak cerdas di hadapan orang lain, tetapi juga benar-benar bijak dalam menjaga hubungan antarindividu. Dengan membiasakan diri menakar kata dan memilih waktu bicara, kita belajar untuk menghargai lawan bicara sekaligus meredam potensi konflik yang bisa muncul dari salah ucap. Pada akhirnya, orang yang mampu berbicara di saat tertentu akan selalu dikenang bukan karena banyaknya kata yang diucapkan, melainkan karena kedalaman makna yang ditinggalkan.(*)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI