Mohon tunggu...
Salman Al Farisi
Salman Al Farisi Mohon Tunggu... Dosen Pendidikan Bahasa Prancis FBS UNJ

Saya suka belajar bahasa dan saya memiliki minat di bidang pengajaran bahasa.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Pemelajaran Mikro: Solusi untuk Memenuhi Gaya Belajar Gen Z

15 Juli 2025   17:00 Diperbarui: 15 Juli 2025   17:00 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Sejak pandemi Covid-19, sistem belajar di seluruh dunia berubah drastis. Pemelajaran daring semakin digencarkan sebagai solusi mengurangi penyebaran virus. Teknologi pertemuan maya pun terus dikembangkan demi memfasilitasi metode tersebut, baik sinkronus (tatap maya) maupun asinkronus (berbasis moodle). Bahkan, sampai saat ini metode pembelajaran berbasis daring masih terus digunakan sehingga menciptakan metode-metode baru, seperti hybrid learning, blended learning, dsb. Namun, tentu saja ada masalah baru yang ditemukan, yaitu partisipasi dan keterlibatan siswa dalam kelas daring sulit untuk ditingkatkan. Hal ini terjadi karena atensi siswa saat belajar daring lebih mudah terdistraksi oleh hal-hal lain di luar pembelajaran, seperti notifikasi media sosial, jaringan yang lambat, kuota yang tidak mencukupi, dsb.

Berbicara tentang atensi, selama pertemuan tatap maya (sinkronus), seringkali materi disampaikan dalam durasi waktu yang lama. Atensi siswa di kelas daring lebih banyak terganggu -di samping gangguan yang telah disebutkan sebelumnya- daripada kelas luring. Akibatnya, tidak semua materi terserap dengan baik. Bahkan, menurut Khong dan Kabilan (2020), siswa tidak mampu menyerap semua materi yang dipelajari sekaligus. Pernyataan ini diperkuat oleh Herman Ebinghauss yang menyatakan bahwa siswa cenderung melupakan 80% informasi yang didapat setelah sebulan berlalu. Oleh sebab itu, salah satu solusi yang cocok untuk mengatasi masalah tersebut adalah pemelajaran mikro. Pemelajaran mikro bukanlah sesuatu hal yang baru. Pendekatan ini didesain sebagai salah satu pengajaran kreatif yang memanfaatkan teknologi. Pada implementasinya, materi akan dibagi ke dalam bagian-bagian kecil yang spesifik berdasarkan materi tertentu dan dalam durasi yang sangat singkat. Kemasan materi dapat dibuat dalam bentuk video, audio, teks, atau gabungan dari ketiganya. Alhasil, pemelajaran dapat diakses di mana pun dan kapan pun.

Tim peneliti Prodi Pendidikan Bahasa Prancis yang diketuai oleh Salman Al Farisi akhirnya menggagas sebuah ide untuk mengemas materi mata kuliah berbicara (production orale) ke dalam prinsip pemelajaran mikro. Materi pemelajaran mikro tersebut dapat dimanfaatkan untuk materi pengayaan atau untuk materi dalam konsep flipped classroom. Materi menyesuaikan tematik dalam tingkat A1 sesuai standar kemahiran berbahasa dalam Commun European Framework of References (CEFR). Kemudian, 6 tematik besar dipilih untuk dikemas menjadi materi mikro dalam media yang beragam. Wadah dari materi tersebut adalah moodle, yakni LMS UNJ atau Google Site yang bisa diakses mahasiswa dengan mudah. Harapannya, materi-materi mikro ini bisa digunakan oleh banyak siswa atau mahasiswa di dalam atau di luar negeri.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun