Mohon tunggu...
Saiful Furkon
Saiful Furkon Mohon Tunggu... -

Aku Cinta Menulis

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Jangan Sebut Ayah Banci !!!

22 Januari 2011   09:26 Diperbarui: 26 Juni 2015   09:18 793
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

"Yah kalo cape nanti kita makan dari mana, lah kalo cape nanti kamu biaya sekolah darimana. Sudah jangan mikirin soal kerjaan Ayah"

"Oh ia ayah, sebenarnya ayah kerja dimana sih?"

Ayah diam, kutatapi wajahnya. Ada sesuatu yang ia sembunyikan.

"Ayah jujur sama aku, sebenarnya ayah kerja dimana?"

"Arini, ayah pergi dulu. Sudah malam,nanti telat lagi Ayah"

Aku bingung. Tidak ada jawaban dari Ayah. Kenapa sih Ayah harus menutupi pekerjaannya dariku. Jelas-jelas aku anaknya,dan aku harus tahu. Kalaupun Ayah kerja sebagai buruhpun aku tak akan pernah malu. Aku bangga punya Ayah yang baik seperti itu. Aku benar-benar bingung kalau dibuat bertanya-tanya dalam hati.


Malamini fikiranku benar-benar kalut. Ejekan tentang Ayah sulit kuterima. Aku ingin membuktkan bahwa tidaklah seperti yang banyak tetangga aku bilang, bahwa Ayah bekerja sebagai karyawan disebuah pabrik atau sebagai wiraswata dipasar malam. Akhhh...tebakan yang tak beralasan.

Nekat,aku menuju kamar Ayah. Aku benar-benar ingin tahu kerjaan Ayah sebenarnya apa. Kali saja ada data-data yang memberitahukan tentang kerjaan Ayah. Aku tersenyum sesampainya didalam kamar, kulihat kamar tidak terkunci seperti biasanya. Aku masuk, pelan-pelan aku melihat kondisi kamar Ayah. Kamar yang tidak pernah aku lihat dalamnya selama ini. Tampak sepi,tak ada apapun.

Tangan nakalku mengusik,aku langsung membuka lemari dan...

Astaghfirullah

Air mataku menetes. Sesuatu yang kulihat benar-benar tak pernah kubayangkan. Aku langsung berlari. Dan mencari keyakinan hati. Hati belummeyakini apa sebenarnya yang aku lihat . kuharap ini benar-benar berbeda dengan apa yang aku fikirkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun