Mohon tunggu...
Saiful Furkon
Saiful Furkon Mohon Tunggu... -

Aku Cinta Menulis

Selanjutnya

Tutup

Puisi

True Story: Keyakinan yang Memisahkan Kita

20 Januari 2011   08:23 Diperbarui: 26 Juni 2015   09:22 334
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

****

Tanggal pernikahanku semakin dekat. Aku memakai tata cara islam dalam pernikahan kami. Walau aku seorang budhist, namun aku menyadari bahwa perkawinan di Indonesia belum dapat dilaksanakan antar beda agama. Entahlah, aku tak mau ambil pusing. Toh selagi Astri menerima aku apa adanya, dengan keyakinan masing-masing. Tak ada yang terlalu sulit. Walau cobaanya pasti besar nanti, karena harus melengkapi satu samalain. Namun aku yakin mampu mengatasinya.

Hari-hariku menunggu tanggal pernikahan amat sangat bahagia. Aku merasa sekarang saatnya berbenah diri. Memikirkan apa-apa yang harus kulakukan. Bahkan ijab Kabul pun sudah aku pelajari. Yah susah-susah gampang, apalagi kalau latihan dikantor. Partnerku Bang Yosi, bagaimana aku bisa serius.

"Jadilah suami yang baik nanti untuk istrimu" ujar Ibu tatkala ia tengah merapihkan barang-barang yang akan dibawa untuk lamaran beberapa hari lagi diruang tengah

"Ia, bu. Sebisa mungkin Gion akan menjadi suami yang baik"

Aku langsung masuk kekamar tatkala ibu sudah selesai bicara denganku. Aku benar-benar tidak menyangka kalau hari-hari kebersamaanku selama ini dengan Astri akan disatukan dengan ikatan suci. Dan yang terpenting aku akan memiliki gadis itu seutuhnya. Mungkin benar, banyak sekali hal yang harus aku sadari mengenai kekuranganku, agar nantinya tidak berdampak buruk bagi hubungan nanti.


Kuambil telfon genggam yang aku taruh dimeja. Kulihat, tak ada panggilan ataupun sms darinya. Yang ada hanya sms promo dari operator selulerku. Aku langsung mencari namanya dikontak, dan tanpa pikir panjang aku langsung menekan tombol call.

Sekali tak ada jawaban, dua kali tak ada jawaban, dan akhirnya untukyang ketiga kalinya aku bisa mendengarkan suaranya.

"Kamu lama sekali mengangkatnya" ujarku sedikit kesal

"Maaf, Yon. Aku lagi nggak enak badan. Telfon tadi aku silent. Ada apa?" tanyanya yang membuat aku sedikit heran, kenapa Astri semakin aneh sekali. Aku melihat perubahan semakin signifikan terhadapnya. Benar-benar hal diluar dugaan. Namun seperti biasa, aku selalu saja berfikiran posisitf, mudah-mudahan ini efek dari tanggal pernikahan yang semakin mendekat. Bukan karena problema lain.

"Besok malam aku mau kita ketemu, aku ingin bicara sejujur-jujurnya apa yang terjadi sama diri aku. Dan aku ingin kamu mengerti dan memahami kondisiku" ujar Astri

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun