“Coba ceritakan kepada ibu apa yang membuatmu menangis,” pinta ibu dengan lemah lembut.
“Aku ingin baju dan celana baru yang banyak sakunya. Huuu …, huuu …,” jawab Wandi sambil masih sesenggukan dari tangisnya.
Ayah dan ibunya saling bertatap dan mengernyitkan dahi. Mereka mencari jawaban mengapa Wandi ingin baju dan celana baru yang banyak sakunya.
“Kamu mau kan menjelaskan mengapa ingin baju dan celana baru yang banyak sakunya,” pinta ibu lagi.
“Nanti kalau lebaran kan aku akan dapat angpau. Aku akan dapat banyak uang dari kakek, nenek, om, tante, dan yang lainnya. Kalau sakunya sedikit, nanti nggak muat. Aku juga ingin memasukkan banyak permen ke dalam sakuku. Huuu …, huuu ….” Wandi menjelaskan sambil melanjutkan tangisnya yang sulit ia setop.
Seketika ayah dan ibunya tersenyum. Mereka mulai memahami alasannya. Mereka mencari solusi untuk menyelesaikan permasalahan ini. Apakah mereka harus membeli satu stel lagi baju dan celana yang banyak sakunya.
Tiba-tiba, ayah memberi kode kepada sambil memegang tas kecil yang ada di tubuhnya.
“Coba lihat ayahmu. Dia terlihat gagah dengan tasnya itu. Dan tas itu memuat banyak uang. Bagaimana, jika ibu membelikan tas seperti tas ayahmu?” bujuk ibu.
“Aku boleh memiliki tas seperti tas ayah?” Wandi balik bertanya sambil mempertegas apa yang ditawarkan ibunya.
“Tentu boleh, Nak,” jawab ibu, “Nanti kamu akan terlihat gagah seperti ayahmu,” lanjut ibu.
Ayahnya selalu mengenakan tas kecil yang diselempangkan di tubuhnya. Ia terlihat gagah dengan tasnya itu. Ternyata diam-diam Wandi menyukai tas seperti itu. Hal itu terlihat dari apa yang disampaikan Wandi.