Mohon tunggu...
S A Hadi
S A Hadi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Sholikhul A Hadi

Happy is the people whitout history

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Paradoks

8 Desember 2019   13:30 Diperbarui: 8 Desember 2019   14:02 202
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber dari wallpaperflare.com diakses 13:28 08-12-2019

Dia pergi meninggalkan Pasar Induk. Berjalan sejauh kakinya mampu bertahan. Ketika kakinya terasa nyeri, dia mencari sebuah pohon besar untuk digunakannya beristirahat. Dia tidak pernah menetap di suatu tempat selama lebih dari satu hari. Saat merasa lapar dan haus, Dia meminum atau memakan sisa makanan yang ditemukannya berserakan di pinggir jalan.

Kota demi kota telah terlewati. Ribuan orang telah dia jumpai. Tetapi kesemuan itu masih menghantuinya. Dia terus mengingat perkataan bapaknya, " Manusia itu orang yang dapat berguna bagi sesamanya." Dia mencoba memikirkannya. Menginginkan sesuatu yang ada dalam dirinya dapat segera terselesaikan. Tentang kematian bapaknya dan pernikahan ibu dengan pamannya.

" Aku ingin menikahi ibumu untuk memastikan agar adik-adikmu tidak terlantar." Ujar pamannya saat baru saja selesai masa iddah ibunya.

Dia merasa cukup dewasa untuk menghidupi ibu dan adik-adiknya. Dia merasa mampu untuk mengelola segala yang ditinggalkan oleh bapaknya. Tidak terkecuali dengan yayasan yang membawahi beberapa sekolah dan pondok pesantren itu. Pernikahan Ibu dan Pamannya memang bukan sesuatu yang terlarang secara agama. Dengan niatan baik pamannya untuk menjadikan ibu sebagai istri keduanya bisa dianggap mulia. Tetapi Dia masih saja berpikiran negatif. Mungkin itu karena jawaban ibunya atas pinangan pamannya yang terkesan aneh.

" Sebenarnya aku tidak keberatan untuk menjadi istri kedua pamanmu. Lagi pula dia juga seorang yang baik. Tinggal kamu saja sekarang yang harus memutuskan." Jawab ibunya sambil tersenyum bahagia. Bahkan sebelum Dia mengemukakan pandangannya.

Pada akhirnya dia menganggukan kepala yang kemudian diartikan oleh paman dan ibunya sebagai tanda setuju. Itu terbukti dengan acara pernikahan keduanya yang diselenggarakan tepat satu minggu setelahnya atau saat peringatan seratus  hari meninggal bapaknya.

Pernikahan keduanya memang yang terbaik, dan itu pula yang membuatnya ikut merestui. Hanya saja lima hari berikutnya, ibu dan pamannya menyodorkan sebuah surat pernyataan yang berisi tentang penyerahan pengelolaan harta kekayaan dan yayasan bapaknya ke mereka berdua. Sesuatu yang kemudian ditandatanganinya karena teringat oleh pesan bapaknya, "Memberi tanpa meminta balas, mengasihi tanpa meminta cinta."

"Bukan, aku harus menghentikan pikiranku." Teriaknya melawan pikirannya. Tanpa di sadarinya, kini dirinya telah berada di tengah hutan. Di bawah pohon besar dengan Kalong yang bergelantungan pada rantingnya. Dia tidak ingin terlarut kembali dalam pikirannya.

"Apakah aku sekarang telah menjadi Anjing Gila layaknya Diogenes?"

 Pikirannya kembali menampilkan sosok dirinya yang berdiri di depan aula yayasan. Dirinya dengan keras berteriak, " Kalian berdua telah bersekongkol untuk menguasa ini semua." Perkataan itu memang ditunjukkan kepada Ibu dan Pamannya. Dua orang yang tiba-tiba merubah haluan hidupnya.

Usianya saat itu sudah 19 tahun. Usia yang cukup matang untuk mengelola yayasan terbesar di kecamatan. Sebenarnya dirinya telah mengajar sejak berusia 15 tahun. Pada usia semuda itu, dia mengajar tafsir Jalalain, Imriti, Tafrihatul Wildan dan Sulam Taufiq. Kitab-kitab multi disiplin ilmu. Dengan pengalamannya itu, bukanlah sesuatu yang sulit baginya untuk mengajar materi yang biasa diajarkan bapaknya. Tetapi siapa yang dapat berkata tentang takdir?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun