Mohon tunggu...
Safia Melati Dewi
Safia Melati Dewi Mohon Tunggu... Mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Saya merupakan seorang mahasiswa S1-Fisika Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya.

Selanjutnya

Tutup

Trip

Leang Panning: Wisata Budaya Di Ujung Timur Maros

17 Juli 2025   12:50 Diperbarui: 17 Juli 2025   19:44 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Leang Panning merupakan salah satu gua yang terletak di kawasan Geopark Maros-Pangkep, tepatnya di Desa Wanua Waru, Kecamatan Mallawa, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan. Berbeda dengan destinasi wisata lain seperti Leang-Leang dan Rammang-Rammang, Leang Panning cenderung belum ramai dikunjungi wisatawan, sehingga suasananya masih alami dan tenang.

Dalam bahasa Bugis-Makassar, "leang" berarti "gua", sedangkan dalam bahasa Bugis, "panning" memiliki arti "kelelawar". Sesuai namanya, Leang Panning dikenal sebagai "Gua Kelelawar" karena banyaknya spesies kelelawar yang hidup di dalamnya.

Leang Panning memiliki peran penting bagi masyarakat setempat, baik sebagai situs bersejarah, destinasi pariwisata, maupun pusat edukasi dan penelitian. Sejak lama, gua ini telah digunakan sebagai tempat tinggal manusia purba. Bukti arkeologis berupa kerangka manusia prasejarah yang diberi nama Besse, serta berbagai alat berburu kuno, ditemukan di sekitar gua. Kerangka Besse, yang diperkirakan berusia 17--18 tahun dan berasal dari sekitar 7.200--7.300 tahun lalu, ditemukan pada tahun 2015 dan menjadi salah satu temuan penting untuk mempelajari asal-usul manusia di Sulawesi.

Selain nilai sejarahnya, Leang Panning telah ditetapkan sebagai salah satu objek wisata oleh Pemerintah Kabupaten Maros. Pengembangan wisata gua ini membuka peluang ekonomi baru bagi masyarakat melalui usaha jasa seperti transportasi, akomodasi, dan pemandu wisata.

Di bidang penelitian, Leang Panning masih menjadi pusat penggalian dan kajian ilmiah yang aktif. Peneliti terus mengeksplorasi sisa-sisa peradaban kuno, serta mempelajari sejarah geologi, iklim purba, dan biodiversitas di kawasan tersebut. Salah satu daya tarik biologisnya adalah keberadaan empat jenis kelelawar yang hidup di dalam gua. Salah satu spesies bahkan memiliki ukuran tubuh lebih kecil dibanding kelelawar pada umumnya. Hingga kini, klasifikasi dan distribusi kelelawar tersebut masih belum diteliti secara mendalam dan diduga bersifat endemik di kawasan Maros.

Leang Panning bukan hanya menjadi warisan budaya dan alam, tetapi juga sebagai laboratorium alami yang terus memberikan kontribusi penting bagi dunia ilmu pengetahuan, pendidikan, dan pengembangan pariwisata berkelanjutan di Sulawesi Selatan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun