Mohon tunggu...
Hr. Hairil
Hr. Hairil Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis itu kebutuhan, bukan hiburan.

Institut Tinta Manuru

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Di Ujung Bait Kesejahteraan

22 April 2021   01:09 Diperbarui: 22 April 2021   01:34 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Liputan6.com (Ilustrasi Anak-anak Kelaparan)

Bait-bait sejahtera sudah kering

Puisi rupa tangis mengubah pilu yang keseringan

Membakar mental negara yang sudah terkapar

Aku pikir sajak ini, bukan peluru

Tiga dan banyak perkara berakhir di penjara, ah negara

Mereka tidak bisa berkata-kata


Banyak mata ditutup dilarang bicara

Kabar di tahun ini mengecam

Gaung Negara makmur rupa nada tanpa suara

Di jalanan, wabah rupah setan menyantap dengan kejam

Inovasi berjalan masif dari rapat berjam-jam

Kaum kecil menggali semangat dari dalam selokan

Anak-anak mengikat perut karena kelaparan,

Gizi buruk dan busung lapar jadi hidangan

Negara dimana, apakah negara menyapa?

2012 lalu, 166 anak-anak di NTT mati karena busung lapar

Korban kemiskinan struktural adalah luka negara

Konflik sesungguhnya yang perlu diurusi,

Tangis rakyat, sudah nyata nasibnya tidak perlu prediksi

Ingat..!!!

2018 lalu di negara ini, ada 19 juta anak kekurangan gizi.

Status ini sangat buruk, sejalan dengan gizi buruk

Negara harus buru-buru kaji format

mentata hidup rakyatnya, ekonominya, mentalnya dan semuanya

Tahun ini, 2021 bukan lagi mengkhawatirkan

Kondisi kita sangat serius,

Negara harus memberi gizi,

Mental generasi bisa terisi bukan dengan makan terasi

Jangan gengsi, anak-anak mati lapar

Artinya negara tak ada kabar,

Lihatlah !

ada lapar dijung bait, kesejahteraan

"Puisi Untuk merakayan toleransi Manajemen Kompasiana membuka kembali Akun Penulis setelah tidak aktif selama 3 tahun, dan sekaligus Refleksi Hari Pahlawan Nasional, 21 april 2021 Hari Kartini. Btm 21 April 2021"

Terimaksih Kompasiana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun