Mohon tunggu...
Hr. Hairil
Hr. Hairil Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis itu kebutuhan, bukan hiburan.

Institut Tinta Manuru

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Alexis dan Telaah Publik

3 November 2017   17:16 Diperbarui: 3 November 2017   17:44 1999
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Interaksi antara politik, ekonomi dan budaya dalam sebuah kebijakan menjadi pokok terpenting. Kedua halnya sudah kita bicarakan diatas, sedangkan budaya sendiri sesaui dengan pantauan kita pada kenyataannya kota jakarta memiliki budaya beragam. Sebab kota yang dimana menampung semua orang dari berbagai daerah ini membawa prubahan besar dalam tatanan budaya masyarakat. 

Belum ditambah dengan budaya asing yang datang sekedar melancong kekota jakarta dan wilayah indonesia laiannya. Mereka harus melalui jakarta sebagai pintu utamanya. Sentuhan dan kehadiran budaya-budaya inilah menjadi perkara utama dalam sebuah keputusan. 

Pengambilan keputusan terhadap perkara hotel Alexis ini tidak semata sebagai kebijakan politis saja, jauh lebih dalam dari pada itu karena pemimpin jakarta menginginkan budaya yang lebih baik lagi untuk jakarta dan indonesia. 

Alasannya seperti penuturan pemberitaan. Kebijakan diambil karena ada masukan-masukan dari masyarakat tentang tempat hiburan malam yang di praktikkan Hotel Alexis, ada juga berdasarkan bukti dari team memperkuat kebijakan diambil, acuannya pada regulasi atau Perda Perizinan. 

Toh, kalau alasannya demikian. Lantas, bagaimana dengan bisnis perhotelan lainnya jika hal yang sama dilakukan Alexis juga dilakukan oleh bisnis perhitelan lain? 

Itu sisi lain dari telaah kita hari ini pada perpektif pendekatan politik, ekonomi dan budaya. Bicara tentang budaya, yang paling cepat membuat perubahan dalam budaya adalah dunia pariwisata karena bukan hanya orang lokal saja, orang-orang asing yang datang serta-merta membawa budaya mereka sendiri. 


Ini kiranya menjadi dasar Gubernur jakarta mengambil kebijakan bahwa wisata malam akan merubah tatanan budaya jakarta menjadi budaya ala kebarat-baratan. Kalau terindikasi melakukan praktik tidak wajar oleh Alexis, yang dengan sendirinya akan berubah menjadi budaya dan menyebar bercampur budaya masyarakat lokal. 

Kira-kita budaya seperti itu bisa di publikasikan kesiapa? Apakah indonesia harus promosikan budaya dunia malam ke publik dan dunia bahwa kita juga bisa? 

Hal ini hanyalah bagian lain yang sekiranya, kepitusan itu diambil bersandar pada sisi budaya dan perbaikan atau mempertahankan budaya jakarta yg lebih baik lagi. 

Bisnis ini, walaupun agak memberikan dampak bagi budaya masyarakatnya sendiri, setidaknya di memberikan kesempatan kerja, menyedia lapangan kerja. 

Sarana-sarana bisnis ini menjadi berkembang karena masyarakat yang menjadi pekerja didalamnya ikut mendukung. Indonesia, dengan sempitnya lapangan kerja dengan berbagai verifikasinya membuat masyarakat nekat bekerja ditempat yang dianggap rawan sekalipun. Alasannya sederhana, perkara biaya hidup. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun