Mohon tunggu...
Achmad Nur Hidayat
Achmad Nur Hidayat Mohon Tunggu... Lainnya - Mereka panggil saya Achmad a.k.a. Sadewa ~𝐂𝐚𝐭𝐚𝐭𝐚𝐧 𝐌𝐞𝐧𝐮𝐣𝐮 𝐒𝟏~

𝐌𝐚𝐡𝐚𝐬𝐢𝐬𝐰𝐚 𝐈𝐥𝐦𝐮 𝐊𝐨𝐦𝐮𝐧𝐢𝐤𝐚𝐬𝐢 𝐔𝐈𝐍 𝐒𝐮𝐧𝐚𝐧 𝐊𝐚𝐥𝐢𝐣𝐚𝐠𝐚 -𝟐𝟎𝟏𝟎𝟕𝟎𝟑𝟎𝟎𝟕𝟒-

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas Pilihan

Jaga Jarak dengan Overthinking

28 Maret 2021   15:33 Diperbarui: 28 Maret 2021   16:10 215
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Overthinking atau berpikir berlebihan sering dialami oleh para remaja yang beranjak dewasa, kehidupan remaja begitu kompleks, sifat bertualangnya seringkali tidak terkontrol, apalagi ketika menghadapi suatu masalah. Seperti yang kita tahu, segala yang berlebihan itu tidak baik bukan. 

Lalu, sebenarnya penyebab overthinking itu apa ya? Mengapa overthinking menjadi tamu yang sering mampir ke otak kita? Apakah overthinking adalah masalah serius yang harus segera dihentikan? Sebelum menjawab beberapa pertanyaan di atas, aku mau cerita sedikit mengenai pengalamanku menghadapi masa-masa overthinking.

Overthinking-ku paling parah sepertinya terjadi menjelang SBMPTN 2020. Tahun 2020 menjadi kesempatan terakhirku untuk lolos SBMPTN, dengan kondisi sudah mengalami kegagalan berkali-kali di tahun-tahun sebelumnya, termasuk beberapa seleksi mandiri. 

Yang aku rasakan saat itu, semacam perasaan takut gagal untuk yang kesekian kalinya, takut mengecewakan teman-teman bahkan kakak kelas karena mereka pun begitu berharap aku berhasil, merasa masih jauh dari kata aman untuk lolos. Seperti tahun-tahun sebelumnya, sebagai bentuk latihan, aku juga mengikuti try out SBMPTN seperti yang aku lakukan di tahun sebelumnya, tetapi bedanya adalah, try out yang kulakukan saat itu disertai beberapa tekanan dan ekspektasi, yang tak lain berasal dari diriku. 

Beberapa hasil try out ku berada di bawah rata-rata peserta lain, sempat down juga karena grafik nilai bukan meningkat tetapi menurun, yang ujungnya membuat aku emosional dan berpikiran macam-macam. 

Bagaimana kalau nanti nilai SBMPTN ku tidak bisa bersaing dengan peserta lain? Bagaimana kalau nanti aku tidak lolos? Apa yang akan kulakukan kalau tidak lolos? Hal-hal seperti di atas bukan sekali saja aku alami, sebelum tidur bahkan sampai pagi bangun dari tidur pun terkadang masih terpikirkan, sampai aku melaksanakan SBMPTN pun masih memikirkan hal-hal seperti itu.

Kira-kira seperti itulah kondisinya. Baik, kembali ke topik, disadur dari ALODOKTER, overthinking sendiri diartikan sebagai memikirkan sesuatu secara berlebihan. 

Memikirkan sesuatu itu penting, tetapi kalau berlebihan bahkan sampai membuat kita tidak bisa berhenti memikirkannya, tentu saja akan berakibat buruk, di antaranya adalah, menghambat atau menunda beberapa aktivitas lain, tidak fokus mengerjakan sesuatu. 

Berdasarkan ceritaku tadi, overthinking bisa disebabkan beberapa hal seperti, trauma masa lalu, ekspektasi mengenai suatu hal baik itu dari diri sendiri maupun orang terdekat kita, kemudian kondisi kesepian serta sendirian. 

Lalu, mengapa overthinking sering mampir? Ya karena kita yang memberi ruang untuk memikirkan hal itu, pemicunya adalah kesendirian tadi, akan lebih baik jika kita curhat kepada keluarga, teman atau sahabat terdekat yang mengerti akan keadaan kita. Paling tidak, hal itu bisa meringankan beban pikiran kita, syukur-syukur mereka bisa memberikan feedback yang bagus. 

Solusi lain yang bisa dicoba adalah mencari teman. Mencari teman seperti apa, carilah teman yang juga sedang berada di fase yang sama, melihat persoalanku tadi, aku sendiri mencoba untuk mencari teman yang sama-sama berjuang untuk lolos SBMPTN, dari pertemanan itu aku pribadi mendapatkan sebuah semangat, saling support dan mengingatkan, walaupun kita berjuang untuk lolos dan bersaing satu sama lain, namun pada akhirnya kita sendirilah saingan terbesarnya, salah satunya ya bersaing melawan si overthinking itu tadi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun