Mohon tunggu...
Anton Bele
Anton Bele Mohon Tunggu... Dosen - PENULIS

Dosen Tamu, pengampu Mata Kuliah Filsafat di Program Pasca-sarjana Interdisiplin Studi Pembangunan, Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga, Jawa Tengah.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Jaga Diri

6 Maret 2024   11:57 Diperbarui: 6 Maret 2024   12:10 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Jaga diri. Memangnya ada yang ganggu sehingga perlu jaga diri? Ya. Perlu. Menjaga dan dijaga. Itulah hidup. Siapa jaga siapa? Tiap diri kita manusia ada lalu tidak ada yang jaga, mana mungkin bisa hidup. Hidup ini jaga menjaga. Rentetan aksi jaga menjaga itulah mata rantai dari kehidupan. Itu harus mulai dari awal, siapa penjaga awal. Itulah TUHAN. Mulai dari DIA. Langsung alur pikir kita menjadi jelas dan mudah. TUHAN menjaga setiap diri kita manusia agar hidup yang IA letakkan dalam diri kita berlangsung terus tanpa ada lagi akhirnya. Karena IA beri hidup dan kita hidup, maka IA menjaga supaya kita tetap hidup dan untuk itu kita yang hidup ini diberi tugas dan wewenang untuk jaga hidup itu. Kita diberi Nafsu untuk suka hidup. Diberi Nalar untuk alami hidup. Diberi Naluri untuk lanjutkan hidup bersama orang lain. Diberi Nurani untuk tetap yakin bahwa hidup itu berasal dari DIRI-NYA dan akan kembali kepada DIRI-NYA. Dari sini timbul upaya itu, DIA jaga kita dan kita jaga diri.  Inilah rentetan jaga menjaga. Tiap-tiap kita jaga diri dan tiap-tiap kita jaga diri sesama kita agar hidup yang DIA beri berlangsung dalam rangkaian hidup penuh gairah hidup.  Jaga menjaga. Sumbernya, DIA, penggeraknya  diri kita yang diberi penggerak, NAFSU + NALAR + NALURI + NURANI. (4N, Kwadran Bele, 2011).

Jaga diri. Kalau setiap kita manusia ini jaga diri maka apa yang dicemaskan di dunia ini selama yang namanya kita manusia ini hidup? Damai dan tenteram. Itu idealnya. Mengapa itu tidak terjadi? Tiap diri kita selalu tertimpa berbagai petaka kecil atau besar. Itu karenakurang juga atau tidak jaga. Jaga yang betul itu namanya siaga. Ditambah kata siap maka jadilah siap- siaga.  Jadilah hidup yang  aman sejahtera. Kalau kurang aman, kurang jaga, sehingga ada kegalauan, kekacauan. Siapa penyebab semuanya itu? Diri. Diri siapa? Diri saya, diri anda, diri dia, diri kita. Jangan cari kambing hitam. Biasanya iblis dikambing-hitamkan. Ini kerja iblis. Tidak. Iblis itu ada, pengganggu, tapi tidak berdaya apa-apa kalau setiap kita ketat jaga diri. Anehnya, sering diri kita menjadi rekan dengan pengganggu itu sehingga huru-hara dapat terjadi sewaktu-waktu. Kacau di dalam balau di luar. Kacau balau dalam diri setiap kita dan diri begitu banyak diri manusia, maka lengkaplah kekacauan, menimpa sebahagian atau seluruh umat manusia. 

Jaga diri. Supaya jangan ada kecelakaan sekecil apapun, kita semua jaga diri. Jaga sesama. Saling menjaga. Untuk apa? Untuk ciptakan suasana damai dan tenteram. Sesuai dengan kehendak DIA Yang mencipta kita lalu senantiasa menjaga kita.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun