Tiap kamar, biasanya memiliki jadwal santri yang bertugas menyapu dan mengepel lantai kamar, sekaligus membersihkan toilet. Dan ini dilakukan sehabis shalat subuh.
Bagi santri baru, sehabis shalat subuh, akan tetap tinggal di masjid, untuk belajar bahasa Arab selama sekitar satu jam, dan ini berlangsung selama setahun penuh, selama duduk di kelas satu. Pelajaran bahasa Arab di waktu subuh inilah, yang menjadi bekal utama tiap santri sehingga dapat berkomunikasi harian dalam bahasa Arab.
Selama semester pertama, para santri akan diajari atau dijejali bahasa Arab (kata kerja dan semua kata benda yang lazim digunakan dalam percakapan keseharian). Dalam hitungan saya, selama satu tahun itu, guru bahasa Arab akan mengajarkan metode penggunaan sekitar 800 kata kerja, plus 700 kata benda. Dan semua santri tanpa kecuali, pasti bisa berbahasa Arab setelah enam bulan belajar, dan semakin lincah setelah belajar selama satu tahun.
Dengan begitu, di Pesantren IMMIM, ada peraturan yang mengharuskan semua santri tak boleh lagi berbahasa Indonesia setelah semester pertama. Artinya, semua santri tanpa kecuali sudah dipastikan bisa berbahasa Arab setelah belajar selama enam bulan. Jangan heran, bila banyak santri yang kalau mimpi atau ngigau, ngomong dalam mimpi dengan menggunakan bahasa Arab. Dan mimpi/ngigau berbahasa Arab bisa terbawa ke rumah saat liburan.
Mandi pagi
Salah satu pemandangan menarik di Pesantrren IMMIM adalah ketika para santri melakukan mandi pagi berjamaah, dalam rentang waktu sekitar satu jam, sekitar 06.00 sampai 07.00. Pada tahun 1980-an, belum ada kamar mandi di pondok. Semua santri mandi di sumur.
Saat mandi, masing-masing santri membawa peralatan mandinya (sabun, sikat gigi, odol, shampo). Sebagian membawa sendiri timba air sumur. Semuanya meribun di sekitar sumur, dengan celana mandi masing-masing (konon celana mandi inilah, yang kadang bergantian atau kurang dirawat, yang merupakan penyebab utama banyak santri yang menderita kudisan di wilayah yang sensitif, hehehehe).
Dan di Pesantren IMMIM, ketika itu, terdapat empat sumur, yang melayani sekitar 500-an santri. Bisa dibayangkan, tiga sumur melayani sekitar 500 santri, sumur itu bisa habis airnya. Santri yang telat mandi dipastikan hanya akan kebagian sisa-sisa air sumur yang butek akibat tanah/ pasir di dasar sumur.
Sarapan
Sebagian kecil santri melakukan sarapan pagi sebelum mandi. Sebagian besar lainnya sarapan setelah mandi dan rapih dengan pakaian sekolahnya. Saya termasuk yang suka sarapan sebelum mandi.
Untuk sarapan, masing-masing santri akan membawa piring dan gelasnya. Lalu antri untuk disendokkan nasi dan lauk oleh petugas dapur (ketika itu, semua petugas dapur perempuan dipanggil dengan sebutan bibi). Di pagi hari, dapur umum juga menyediakan teh panas di gentong besar, yang manisnya tidak pernah sempurna (menurut selera saya).