Mohon tunggu...
Sarwo Prasojo
Sarwo Prasojo Mohon Tunggu... Angin-anginan -

Suka motret, tulas-tulis dan ini itu. Dan yang pasti suka Raisa

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen: Bus Malam

5 April 2016   13:39 Diperbarui: 5 April 2016   17:53 1277
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mungkin, dia anaknya. Ia masih  belasan tahun. Atau mendekati dua puluh tahun. Ada juga satu lagi di belakangnya. Anaknya kecil, mungkin usia SMP.  Walau lampu dalam bus sudah dinyalakan, tapi dari kaca spion tidak jelas, dia laki atau perempuan.

“Kok nggak ada yang teriak: ada yang mau turun di Senja Indah?  Biasanya kondektur kan begitu!” kata ibu itu lagi.

“Ah, tadi kan sudah dibilangin, ini rumah makan Senja Indah. Tapi Ibu ngak percaya!” seru anaknya lagi.

Saya tetap fokus mengemudi. Beberapa penumpang mungkin sama herannya dengan saya. Bukankah sudah biasa, di Rumah Makan Senja Indah itu Bus Akap selalu berhenti untuk istirahat. Saya menduga perempuan itu bingung. Bingung karena biasa berperjalanan siang hari. Begitu  menempuh perjalanan malam, ia merasa asing dengan tempat yang sebenarnya ia mengenal. Siapa yang tak kenal Rumah Makan Senja Indah. Besar dan luas. Ratusan Bus Akap bisa mengumpul di area parkirnya.

“Terus bagaimana ini?” tanya anak perempuan itu kepada ibunya.

“Turun di sini saja, Pak Supir!” teriak ibu itu.

Saya melihat jam digital di atas ruang kemudi: Pukul 2.10. Jalan sepi dan gelap. Nyaris tidak ada manusia terlihat di pinggiran jalan. Bukan pula jalur yang terdapat warung. Hanya pohon-pohon besar dan tinggi yang berjajar pada sisi kanan dan kiri.

“Jangan, Bu!” kata saya. “Di terminal saja nanti.”   

Bus nanti akan melintas di jalan lingkar luar sebuah kota kecil. Di sana ada terminal. Biasanya ada tukang ojek pangkalan menunggu penumpang turun di sana.

“Wah, jauh sekali, dong!”

“Pokoknya jangan di sini, Bu!” ujar kondektur menyambar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun