Mohon tunggu...
Ryan Adi Nurcahyo_19
Ryan Adi Nurcahyo_19 Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Airlangga

Hobi saya menulis dan mendengarkan musik.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Hubungan Erat Media Sosial dan Nasionalisme

24 Juni 2022   15:12 Diperbarui: 24 Juni 2022   15:18 399
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Perkembangan teknologi di era digital saat ini berkembang pesat dari hari ke hari, bulan ke bulan, dan tahun ke tahun. Secara tidak langsung, penggunaan teknologi ini telah meningkat secara signifikan. Lahirnya media sosial berarti pola perilaku masyarakat mengalami perubahan budaya, etika, dan norma yang ada. Indonesia memiliki jumlah penduduk yang besar dengan beragam suku, ras dan budaya agama. Berbagai kebutuhan hidup dapat Anda penuhi melalui media baru seperti metode komunikasi, akses informasi, belanja, transportasi, dan metode pembayaran lainnya. Internet merupakan media baru yang muncul setelah media cetak dan penyiaran. Di Indonesia, perkembangan infrastruktur Internet dimulai pada tahun 1980-an, dan jumlah penggunanya terus meningkat hingga saat ini.

Pola komunikasi ini dikemas dalam industri budaya  dalam berbagai  bentuk yang disebut  media massa. Media dimulai dengan percetakan dan terus berkembang sepanjang abad ke-20 hingga saat ini. Media  mencapai masa kejayaannya pada abad ke-20, sebelum apa yang kemudian dikenal  sebagai Era Komunikasi Massa. Pada pergantian abad ke-21, media  mulai menggunakan Internet untuk menyebarkan berita dan informasi kepada publik. Di sinilah konsep media baru dimulai. Dengan pesatnya penyebaran informasi  melalui media baru, kebenaran informasi menjadi bias dan sering terjadi. Wajar saja, belakangan ini berita bohong dan hoax menjadi wacana yang populer. Fenomena ini bermasalah karena realitas sosial dibangun di atas realitas media. Tren berita palsu adalah bagaimana produksi dan distribusi berita atau informasi telah berubah. Dahulu produksi berita sangat eksklusif dan hanya dapat dilakukan oleh kelompok-kelompok tertentu dalam masyarakat, namun kini proses pembuatan dan manipulasi berita menjadi lebih mudah.

Selain itu, munculnya jurnalisme negatif merupakan momen dimana media sosial dapat mempengaruhi opini publik. Menjadi penyedia industri media sosial berita tentang korupsi, kerusuhan politik, bencana alam, kejahatan dan banyak lagi. Seperti yang dikatakan John Tierney di New York Times pada  13 Maret 2013, secara umum diterima di media bahwa "berita buruk itu laku". Indonesia sendiri bisa mendirikan beberapa situs media baru  seperti change.org, kitabisa.com, dll. Platform digital ini akan mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia melalui proses demokrasi. Situs seperti indorelawan.org memungkinkan siapa saja untuk menjadi sukarelawan atau pekerja sosial untuk menjadikan Indonesia tempat yang lebih baik.

Artikel ini mengkaji pemuda sebagai agen konsumen budaya. Perspektif budaya ditekankan. Ini adalah studi tentang bentuk budaya pemuda, terutama yang  terkait dengan musik, pakaian, dan  gaya hidup. Namun, artikel ini tidak berbicara tentang bagaimana negara mengembangkan generasi mudanya. Di sisi lain, kaum muda, konsumen budaya, memiliki banyak cara alternatif untuk mendefinisikan konvensi sosial yang muncul dalam cara hidup mereka.

Di zaman sekarang ini, banyak sekali website yang menampung berbagai berita  Indonesia seperti pendidikan, militer, olahraga, makanan, budaya, dll. Seiring dengan perkembangan ini, banyak juga website yang memberikan berita bohong. Hal ini diperkuat dengan munculnya berbagai berita yang muncul di jejaring sosial setiap hari tentang Indonesia, kebanyakan negatif, terkadang provokatif dan secara tidak sadar merusak kebanggaan kita terhadap negara ini. Ketika kesombongan menghilang, harapan akan masa depan memudar dan akhirnya muncul pesimisme.

Khususnya bagi generasi muda penerus bangsa, pemahaman dan pengamalan nasionalisme dalam kehidupan sehari-hari harus ditumbuhkan kembali. Saat ini, media sosial menjadi sarana untuk menyebarkan kebencian terhadap orang lain dengan mengunggah komentar atau gambar dan video yang kasar dan beretika yang bersifat ofensif dan penuh kebencian, terutama kepada mereka yang menduduki posisi penting  di pemerintahan dan instansi pemerintah. ... Jejaring sosial digunakan sebagai sarana untuk memprovokasi seseorang untuk menghina dan bahkan  membenci mereka. Banyak platform media sosial yang terus menggunakan perbedaan dan keragaman sebagai basis konflik dan diskriminasi terhadap kelompok lain.

Kita juga dapat melakukan banyak upaya  untuk menggunakan media sosial dengan cara yang lebih positif. Kesadaran akan Panchasil, dan upaya untuk menginterpretasikannya dan menerapkannya kepada generasi muda dalam penggunaan media sosial, dapat menjadi kendaraan untuk perbedaan daripada membangun tembok konflik dan diskriminasi antar kelompok di mana media sosial dapat mengancam persatuan. Jika penyalahgunaan media sosial  tidak segera ditanggulangi, maka bisa berdampak lebih negatif lagi. Anda perlu memantau dan mengantisipasi kegiatan tersebut.

Dalam hal ini, kabar baik dari media sosial  Indonesia bisa menjadi prototipe baru untuk memahami dan mengamalkan nasionalisme. Nasionalisme itu tidak harus mengangkat senjata, tidak harus hanya simbolis. Media sosial juga dapat memberikan dampak positif. Situs web GNFI memiliki sekitar 3000-4000 pengunjung setiap hari. Menurut penulis Tech in Asia, Good News From Indonesia berpotensi untuk membangkitkan optimisme sekaligus membangkitkan semangat nasionalisme kepada generasi  muda Indonesia, dimanapun mereka berada, termasuk  anak muda di luar negeri. Tech in Asia menyukai desain GNFI, baik  tampilan maupun logonya. GNFI tampil mewakili warna bendera Indonesia sekaligus semangat yang membara.

Di tengah kekhawatiran tentang erosi nasionalisme, media baru datang  sebagai sarana alternatif  penguatan nasionalisme. Khusus untuk anak-anak Muda. Situs web dan media sosial yang bagus berita indonesia palsu jenis kendaraan baru tersedia banyak pengikut. Hasil penelitian ini juga membuktikan variabel dari Penggunaan media sosial oleh GNFI telah pengaruh besar pada perilaku nasionalisme pemuda untuk penggunanya.

Dengan mempertimbangkan dampak positif dan negatif dari penggunaan media sosial,  perlu kami sampaikan kepada masyarakat luas khususnya  para pemuda penerus negara, pentingnya menggunakan media sosial sebagai sarana pemersatu bangsa.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun