Mohon tunggu...
Rustian Al Ansori
Rustian Al Ansori Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis kehidupan, Menghidupkan tulisan

Pernah bekerja di lembaga penyiaran, berdomisili di Sungailiat (Bangka Belitung)

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi | Kemarau (2)

19 Agustus 2019   12:59 Diperbarui: 19 Agustus 2019   12:58 17
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Mata air masih tersisa ketika dini hari, membasahi rongga sumur tua dapat bertahan ketika kemarau masih garang memanggang. Sumur tua jaman Belanda, telah membasahi tenggorokan yang radang. Masih ada titik air, harapan belum hilang.

Lahan pasir bekas penambangan membuat lahan tambah terpanggang. Tak ada lagi air tetsimpan dikelopak-kelopak kembang hutan yang juga mulai hilang. Kemarau telah membuat layu pucuk-pucuk kayu yang baru tumbuh. Gerah tak tertahan telah memeras peluh. Kemarau telah membikin lemas tubuh.

Sungailiat, 19 Agustus 2019

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun