Mohon tunggu...
Rusman
Rusman Mohon Tunggu... Guru - Libang Pepadi Kab. Tuban - Pemerhati budaya - Praktisi SambangPramitra
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

"Hidupmu terasa LEBIH INDAH jika kau hiasi dengan BUAH KARYA untuk sesama". Penulis juga aktif sebagai litbang Pepadi Kab. Tuban dan aktivis SambangPramitra.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Rusman: Wayang, Kartamarmo Membela Wanita (1)

19 Februari 2019   09:36 Diperbarui: 1 Maret 2019   21:33 17
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Ketika para pendekar bayaran yang diundang Sengkuni mengganggu seorang emban, Kartamarmo muncul sebagai pahlawan. 

Sejelek apapun ia sebagai kurawa namun jiwa ksatrianya ternyata masih tersisa.

"Anakku ngger Kartamarmo, kau sudah berbuat tepat," berkata Sengkuni yang licik itu "kau telah melakukan kuwajibanmu."

"Tapi kau juga mempunyai kuwajiban lain yang juga harus dipertanggung jawabkan," tambahnya.

Wajah Kartamarmo kini menjadi kian tegang.

"Maksudku begini anakku, kau memang berkewajiban melindungi seorang wanita itu apabila kau melihatnya. Namun seandainya peristiwa ini terjadi tanpa kau melihatnya, maka tidak seorang pun yang dapat menyalahkan kau."

Tiba-tiba Kartamarmo menyahut dengan suara yang keras:

"Melihat atau tidak melihat, Paman, tetapi peristiwa ini benar-benar peristiwa yang memalukan."

"Tapi kehadiran para pemuda ini bukanlah peristiwa yang memalukan, sebab mereka didorong oleh suatu cita-cita yang jauh lebih bernilai daripada sekedar persoalan harga diri."

Orang tua itu berhenti sejenak, lalu katanya:

"Tugas kita yang mendorong untuk mengundang mereka adalah persoalan kerajaan Astina. Persoalan yang menyangkut hidup, dan mati seluruh rakyat di sini."

Semua masih diam.

"Sedang emban itu hanyalah satu di antaranya, seperti halnya kita sendiri. Jangankan kehormatan, kalau perlu jiwa dan raga kita pertaruhkan."

"Paman, betapapun tingginya nilai dari perjuangan kita, tetapi akan lebih baik jika hal-hal semacam itu tidak terjadi," berkata Kartamarmo. Iapun melanjutkan:

"menurutku hal yang menyangkut perjuangan dan kehormatan seorang wanita memang tidak ada kaitannya. Perjuangan itu dapat berjalan dan berlangsung terus, tetapi perampasan kehormatan serupa ini harus dihentikan."

"Kau terbenam dalam dunia angan-angan yang hanya terjadi dalam mimpi, ngger. Kehadiran mereka di sini, sama sekali tidak dapat dibatasi menurut kemauanmu."

Sejenak Sengkuni berhenti, lalu:

"Orang-orang ini hadir dengan segala keadaan mereka. Dengan segala sifat dan watak mereka, sehingga segala perbuatan sesuai dengan sikap dan watak mereka pula, dan hal itu seharusnya sudah kau perhitungkan sejak semula," bantah Patih Astina itu lagi. 

"Itulah sebabnya aku sama sekali tidak terkejut jika hal seperti ini terjadi. Jadi menurutku kalaulah terjadi di luar pengetahuanmu, hal itu di luar tanggung jawabmu. Dengan demikian kita tidak membuat persoalan dengan mereka yang datang atas undangan kita."

"Ah," Kartamarmo berdesah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun