Mohon tunggu...
Rudy Subagio
Rudy Subagio Mohon Tunggu... Lainnya - Just ordinary people, photograph and outdoors enthusiast, business and strategy learner..

Hope for the Best...Prepare for the Worst ...and Take what Comes. - anonymous- . . rudy.subagio@gmail.com . . Smada Kediri, m32 ITS, MM48 Unair

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Multitasking, Task-Switching dan Deep Work Vs Produktivitas di Tempat Kerja

7 Desember 2021   20:02 Diperbarui: 8 Desember 2021   10:00 1096
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi bekerja multitasking. Sumber: thegreatcoursedaily via grid.id

Task Switching ini kerapkali memang diperlukan untuk mencegah kejenuhan atau kebosanan, bahkan terkadang sebuah masalah yang sebelumnya sulit dipecahkan tiba-tiba muncul solusinya ketika kita sejenak menarik diri dan berpindah untuk fokus ke tugas/masalah yang lainnya.

Kebalikan dari multitasking adalah deep work. Deep Work adalah pekerjaan atau tugas yang dilakukan dalam keadaan konsentrasi penuh, bebas gangguan yang mendorong kemampuan kognitif secara maksimal. Upaya ini menciptakan nilai baru, meningkatkan keterampilan kita, dan sulit untuk ditiru.

Banyak tokoh-tokoh dunia yang telah menghasilkan karya-karya besar dan luar biasa dengan metode deep work ini. Di bawah ini beberapa tokoh yang melakukan deep work dalam berkarya.

Woody Allen, penulis skenario dan sutradara, dalam periode 1969 sampai 2013, telah menulis dan menyutradarai empat puluh empat film yang menerima dua puluh tiga nominasi Academy Award---tingkat produktivitas artistik yang tidak ada bandingnya. Selama periode ini, Allen tidak pernah menggunakan komputer.

Demikian pula Peter Higgs, seorang fisikawan teoretis yang melakukan pekerjaannya dalam isolasi total, terputus total dari dunia luar sehingga para jurnalis tidak dapat menemukannya setelah diumumkan bahwa dia telah memenangkan Hadiah Nobel.

J.K. Rowling, di sisi lain, absen dari media sosial selama penulisan novel Harry Potter-nya. Staf Rowling membuat akun Twitter atas namanya pada musim gugur 2009, saat dia bekerja di The Casual Vacancy, dan selama satu setengah tahun pertama, satu-satunya tweetnya berbunyi: "Ini aku yang sebenarnya, tapi kamu tidak akan sering mendengar kabar dari saya, saya takut, karena pena dan kertas adalah prioritas saya saat ini."

Contoh lain adalah CEO Microsoft Bill Gates yang mengadakan "Think Weeks" dua kali setahun, di mana ia akan mengisolasi dirinya sendiri (seringkali di pondok tepi danau) untuk tidak melakukan apa pun selain membaca dan memikirkan pemikiran besar.

Beberapa nama tokoh dunia diatas telah membangun "tempat khusus yang terisolasi" menjadi tempat di mana mereka mengoptimalkan kemampuannya untuk berpikir secara mendalam. Pemikiran ini yang pada akhirnya menghasilkan karya dengan orisinalitas yang begitu menakjubkan sehingga mengubah dunia.

Multitasking, Task Switching dan Deep Work masing-masing punya peran dalam meningkatkan produktivitas di tempat kerja tergantung dari sifat pekerjaan yang kita lakukan.

Multitasking harus dilakukan secara selektif karena banyak dampak negatifnya. Pekerjaan yang bisa dilakukan dengan metode ini antara lain pekerjaan rutin, berulang-ulang yang tidak membutuhkan pemikiran lagi, biasanya pekerjaan yang bersifat mekanis atau motorik.

Contohnya adalah pekerjaan di rumah seperti menyapu, membersihkan rumah, memasak atau beres-beres rumah bisa dilakukan secara paralel atau multitasking.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun