Mohon tunggu...
Rudi Sinaba
Rudi Sinaba Mohon Tunggu... Advokat - Jurnalis

Menulis apa saja yang mungkin dan bisa untuk ditulis.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Kami Lapar

22 Maret 2025   08:56 Diperbarui: 22 Maret 2025   08:56 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi (Kreasi Pribadi)

Untuk kami yang hina ini, harga diri terinjak-injak.
Kemiskinan membuat kami tak dihargai.
Martabat kami diukur dari selembar uang.
Berilah kami sedikit saja ruang untuk bermimpi.
Kami juga manusia, bukan sekadar angka statistik.
Tolong jangan biarkan kami selalu dalam kelaparan.

Untuk kami yang hina ini, suara kami tak pernah didengar.
Pemilu datang, kami diundang, lalu ditinggalkan.
Lima tahun menunggu, janji tinggal abu.
Berilah kami sedikit saja hak sebagai rakyat.
Jangan jadikan kami alat meraih tahta.
Tolong jangan biarkan kami selalu dalam kelaparan.

Untuk kami yang hina ini, negeri ini terasa asing.
Hasil bumi dikirim jauh, tapi kami tetap miskin.
Sumber daya berlimpah, tapi kami hanya penonton.
Berilah kami sedikit saja hasil negeri ini.
Kami tak ingin sedekah, hanya keadilan.
Tolong jangan biarkan kami selalu dalam kelaparan.

Untuk kami yang hina ini, kota hanya untuk mereka.
Kami terusir ke pinggiran, ditindas harga yang gila.
Sementara istana megah berdiri di tengah kota.
Berilah kami sedikit saja hak untuk hidup di sini.
Kami bukan pengemis, kami rakyat negeri ini.
Tolong jangan biarkan kami selalu dalam kelaparan.

Untuk kami yang hina ini, masa depan terasa kabur.
Hari ini sulit, esok lebih gelap.
Harapan bagai bayangan yang tak bisa digenggam.
Berilah kami sedikit saja cahaya dalam gelap.
Jangan biarkan kami tenggelam dalam putus asa.
Tolong jangan biarkan kami selalu dalam kelaparan.

Untuk kami yang hina ini, keadilan tak pernah tiba.
Penguasa sibuk membangun mimpi mereka sendiri.
Sementara kami terus berjuang tanpa harapan.
Berilah kami sedikit saja kebijakan yang adil.
Bukan sekadar wacana di meja parlemen.
Tolong jangan biarkan kami selalu dalam kelaparan.

Untuk kami yang hina ini, cinta tanah air terasa pahit.
Bagaimana mencintai negeri yang tak mencintai kami?
Bagaimana setia jika kami terus dilupakan?
Berilah kami sedikit saja alasan untuk bertahan.
Kami ingin mencintai negeri ini sepenuh hati.
Tolong jangan biarkan kami selalu dalam kelaparan.

Untuk kami yang hina ini, hidup hanya soal bertahan.
Esok tak pasti, hari ini pun penuh luka.
Kami hanya ingin hidup tanpa ketakutan.
Berilah kami sedikit saja ketenangan jiwa.
Kami tak meminta banyak, hanya hak kami.
Tolong jangan biarkan kami selalu dalam kelaparan.

Untuk kami yang hina ini, tak ada pilihan lain.
Jika keadilan tak datang, kami akan menjemputnya.
Jika tak ada pemimpin yang peduli, kami akan berdiri sendiri.
Berilah kami sedikit saja kesempatan memperbaiki negeri.
Kami tak ingin melawan, tapi kami dipaksa.
Tolong jangan biarkan kami selalu dalam kelaparan.

Untuk kami yang hina ini, sabar ada batasnya.
Jika kenyang terus menindas lapar, sejarah akan menulisnya.
Rakyat yang terpinggirkan akan bangkit sendiri.
Berilah kami sedikit saja hak yang seharusnya milik kami.
Jangan tunggu kami marah, karena jika itu terjadi kami juga yang akan ditindas dengan kekerasan,
Tolong jangan biarkan kami selalu dalam kelaparan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun