Mohon tunggu...
Rudi Sinaba
Rudi Sinaba Mohon Tunggu... Advokat - Jurnalis

Menulis apa saja yang mungkin dan bisa untuk ditulis.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Kami Lapar

22 Maret 2025   08:56 Diperbarui: 22 Maret 2025   08:56 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi (Kreasi Pribadi)

Kami Lapar

Untuk kami yang hina ini, angin pun enggan menyapa.
Langit mendung tanpa janji hujan yang nyata.
Perut mengerang, tak ada beras di meja.
Berilah kami sedikit saja remah dari pesta.
Jalanan penuh debu, kaki telanjang terbakar bara.
Tolong jangan biarkan kami selalu dalam kelaparan.

Untuk kami yang hina ini, kerja keras hanya sia-sia.
Keringat bercucuran, hasilnya tetap hampa.
Upah tak cukup membeli mimpi sederhana.
Berilah kami sedikit saja harapan yang tersisa.
Jangan biarkan anak kami mati dalam dahaga.
Tolong jangan biarkan kami selalu dalam kelaparan.

Untuk kami yang hina ini, hukum hanya milik mereka.
Hak kami terampas, suara kami tak berdaya.
Keadilan dibeli, kebenaran dikubur tanpa nisan.
Berilah kami sedikit saja ruang untuk bersuara.
Kami tak butuh pidato panjang yang tak bermakna.
Tolong jangan biarkan kami selalu dalam kelaparan.

Untuk kami yang hina ini, tanah subur jadi milik mereka.
Ladang kami dirampas, sawah kami kering merana.
Sementara rak-rak pasar penuh dengan harga tak terbeli.
Berilah kami sedikit saja hak atas bumi pertiwi.
Kami petani, tapi kami tak punya tanah sendiri.
Tolong jangan biarkan kami selalu dalam kelaparan.

Untuk kami yang hina ini, pekerjaan bagai ilusi.
Syarat tinggi, upah rendah, nasib tetap tak pasti.
Pabrik-pabrik berdiri, tapi pintunya tertutup untuk kami.
Berilah kami sedikit saja kesempatan mengais rezeki.
Kami ingin bekerja, bukan sekadar bermimpi.
Tolong jangan biarkan kami selalu dalam kelaparan.

Untuk kami yang hina ini, sekolah jadi kemewahan.
Buku mahal, seragam pun tak mampu dibeli tangan.
Ilmu hanya milik mereka yang punya harta.
Berilah kami sedikit saja cahaya dari lentera.
Anak-anak kami ingin cerdas, ingin menggapai cita.
Tolong jangan biarkan kami selalu dalam kelaparan.

Untuk kami yang hina ini, rumah bukanlah tempat berlindung.
Atap bocor, dinding reyot, lantai hanya tanah basah.
Hujan datang, tubuh menggigil tanpa selimut.
Berilah kami sedikit saja tempat untuk berteduh.
Kami tak butuh istana, hanya sudut yang layak.
Tolong jangan biarkan kami selalu dalam kelaparan.

Untuk kami yang hina ini, udara pun sudah beracun.
Pabrik-pabrik mencemari, sungai pun berubah hitam.
Paru-paru kami sesak, anak-anak kami terbatuk.
Berilah kami sedikit saja hak untuk bernapas.
Kami ingin menghirup udara yang segar.
Tolong jangan biarkan kami selalu dalam kelaparan.

Untuk kami yang hina ini, tanah air terasa asing.
Janji-janji pemimpin hanya angin yang berlalu.
Mereka duduk di singgasana, lupa pada yang jelata.
Berilah kami sedikit saja pemimpin yang bijaksana.
Yang mendengar jeritan kami tanpa menutup telinga.
Tolong jangan biarkan kami selalu dalam kelaparan.

Untuk kami yang hina ini, agama pun terasa jauh.
Masjid dan gereja megah, tapi kami tetap sendiri.
Doa-doa kami mengudara, entah didengar atau tidak.
Berilah kami sedikit saja keimanan yang nyata.
Bukan sekadar kata-kata di mimbar yang tinggi.
Tolong jangan biarkan kami selalu dalam kelaparan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun