Mohon tunggu...
Riri Novianti
Riri Novianti Mohon Tunggu... Lainnya - Pelajar

Pelajar

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Mengenal Beberapa Kebudayaan dan Adat Istiadat di Kota Batam

3 Mei 2020   14:24 Diperbarui: 8 Juni 2021   16:02 10870
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Peta Kota Batam (dokpri)

Kebiasaan yang paling disenangi oleh anak-anak disekitar rumah adalah pada saat malam Ramadhan yaitu tradisi tujuh likur yang dilakukan pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan. 

Biasanya, pemilik rumah akan memasang lampu dengan bahan bakar minyak di pekarangan rumah dan menghias jalan-jalan. Kegiatan ini dimulai pada malam ke 21 dan berlanjut hingga malam penghujung bulan Ramadan. 

Yang lebih istimewanya adalah ketika masuk malam ke 7, malam ganjil. Lampu-lampu tidak hanya di pasang di pekarangan rumah, lampu-lampu pun turut serta menghiasi bahu jalan disekitaran rumah. 

Selain itu, terdapat karya-karya pintu gerbang bercorak islami untuk masjid. Pembuatannya dilakukan oleh para pemuda daerah dan di buat dengan gotong royong. 

Baca juga : Belajar dari Kemitraan Kota Kembar (Sister City) Batam

Setelah pembuatan pintu gerbang selesai, satu hari sebelum malam tujuh likur akan diadakan doa selamat dan berbuka bersama oleh masyarakat dan pemuda di sekirar gerbang. Namun, seiring perkembangan zaman membuat tradisi ini memudar. 

Hanya beberapa rumah saja yang masih menghidupi lampu pelita pada hari-hari akhir bulan Ramadhan.

Oh ya! di Batam itu tidak ada yang namanya es teh, adanya teh obeng. Iya, teh obeng. Bukan teh yang di buat pakai obeng ya! Jadi, orang-orang Singapura banyak sekali yang liburan di Batam hanya sekedar makan dan jalan-jalan. 

Mereka menyebut es teh manis dengan sebutan "tea o bing". Tea yang artinya teh, O dimaksudkan untuk menyebut minuman tanpa susu namun menggunakan gula pasir, dan bing artinya adalah es dalam bahasa Mandarin. Jadi, tea o bing adalah es teh manis. Sedangkan Tea o adalah teh manis tanpa es. 

Penyebutan te o bing lambat laun menjadi biasa terdengar oleh masyarakat Batam karena lancarnya arus Singapura-Batam dan sebaliknya. Lama-kelamaan, pelafalan te o bing berubah menjadi teh obeng seperti yang di kenal masyarakat Batam sekarang.

Banyaknya suku yang ada di Batam menunjukkan bahwa masyarakat kota Batam sangat majemuk. Kemajemukan ini dikenali dari keanekagaraman budaya, adat, suku, ras, bahasa, bahkan agama. Hal ini merupakan kekayaan yang sangat besar nilainya dan harus di jaga serta di pertahankan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun