Kaulah yang meniupkan nyala ke rongga-rongga hari yang nyaris redup di tiap pagi yang basah, di senja yang menetaskan ragu dari langit jingga hingga harapan menggigil di tebing-tebing kehilangan dan waktu mengunyah semangat hingga tinggal serpihannya
aku tetap memeluk sisa cahaya, membungkusnya dalam doa menanamnya di tanah yang dulu pernah kau lewati, di suara nyaring yang menyelinap dari bayang-bayang masa lalu yang pekatÂ
Kelak, matahari akan mengecup namaku di dahi bumi yang hangat bila angin kembali mengiris ladang ilalang dan sungai-sungai kecil bernyanyi pada batu-batu ingatlah jejak-jejak kecil di jalur lengang pinggir pematangÂ
Sebab hidup tak pernah berhenti disini musim akan kembali bersalin bersama denting embun dan kecipak kaki pagi tunas-tunas akan menabrak diam merekahkan warna dari semesta yang menungguÂ
Dan semesta pun akan berusaha kembali menyulam sejak dari benih-benih yang tak pernah matiÂ
Mengalun dalam sunyi dalam napas-Nya yang kekal tak batas waktuÂ
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI