Mohon tunggu...
Royan Juliazka Chandrajaya
Royan Juliazka Chandrajaya Mohon Tunggu... Freelancer - Seorang pekerja lepas yang sedang berusaha memahami makna hidup.

Saya suka hal-hal yang berbau fiksi. Jika diberi kesempatan, saya akan terus menulisnya. Instagram : @royanjuliazkach Twitter : @royanazka

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Soesilo Toer, Pisang Susu, dan Rayap Buku

1 Agustus 2022   19:35 Diperbarui: 2 Agustus 2022   15:48 542
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Dokumentasi Pribadi

Bagaimana tidak, jika menggunakan motor, perjalanan dari Yogyakarta menuju Blora kurang lebih harus ditempuh selama delapan jam. Keputusan yang sangat singkat untuk sebuah perjalanan yang jauh

Tanpa berlama-lama, saya dan Agus segera bersiap. Kurang dari setengah jam semuanya telah selesai. Baju-baju ganti sudah masuk ke dalam tas. 

Sepatu telah bersih dan terpakai. Saya melirik ke meja dan kembali memandang pisang susu itu. Sungguh tak elok mengunjungi seseorang-apalagi orang itu adalah Soesilo Toer-tanpa membawa sesuatu. 

Maka saya baru sadar kalau pisang susu yang saya beli siang tadi dari seorang nenek berkebaya merah rupanya ditakdirkan untuk ikut bersama saya menuju Blora. Semoga Pak Soes-begitu panggilan akrabnya-menyukai pisang susu, harap saya dalam hati.

Selepas berdoa, atas izin Vina, saya dan Agus benar-benar berangkat menuju Blora. Kami berangkat dari Yogyakarta sekitar pukul delapan malam. 

Perjalanan yang harusnya ditempuh selama delapan jam, harus kami tempuh selama 11 jam. Selain karena jalanan poros Purwodadi -- Blora yang amat buruk, kami sempat tertidur pulas di sebuah pom bensin. 

Kami tiba di Blora sekitar pukul tujuh pagi. Karena ingin terlihat rapi, saya dan Agus singgah di sebuah masjid untuk mencuci muka, membersihkan sepatu dan memoles rambut.

Setelah melanjutkan perjalanan dan memastikan bahwa rumah yang kami tuju telah berada di depan mata, kami berhenti. Pagarnya masih tertutup rapat. 10 meter dari pagar, terlihat sesosok lelaki tua duduk membelakangi kami, ia sedang asyik memilah-milah sampah plastik yang berserakan. 

Lelaki tua itu mengenakan kaus oblong sempit berwarna abu-abu, celana pendek berwarna biru dan tak mengenakan alas kaki. Di sekelilingnya terdapat tiga ekor kambing yang sedang asyik memakan sesuatu. Hati saya berdetak keras dan berkata bahwa ia adalah sosok yang menjadi tujuan kami menuju Blora.

"Permisi, Pak," sapaku.

Lelaki tua itu menghentikan aktivitasnya dan menoleh kearah kami. Ia menatap sejenak memastikan siapa yang berani menganggu aktivitas paginya itu. Terlihat sorot matanya telah sayup dimakan usia. Kumis dan janggutnya dibiarkan tumbuh memanjang tak terarah. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun