Mohon tunggu...
Sri Romdhoni Warta Kuncoro
Sri Romdhoni Warta Kuncoro Mohon Tunggu... Buruh - Pendoa

• Manusia Indonesia. • Penyuka bubur kacang ijo dengan santan kental serta roti bakar isi coklat kacang. • Gemar bersepeda dan naik motor menjelajahi lekuk bumi guna menikmati lukisan Tuhan.

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Memburu Bubur Kacang Ijo

22 September 2021   15:28 Diperbarui: 22 September 2021   15:30 1763
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gerobak bubur kang Asep (Dokumen pribadi)

Mas Asep enggan menjawab. Lagi-lagi hanya senyum yang ia umbar.

"Kalau nggak habis?" Pertanyaanku memburu.

"Saya kasihkan ke orang-orang. Bahkan terpaksa dibuang". Mas Asep punya kebiasaan, kalau bicara pasti diakhiri dengan senyuman. "Karena kalau sampai pagi dipastikan basi".

Berbicara 'basi', saya teringat ucapan pak Ateng, "Bubur kulo niki kuat tekan sonten. Mboten sah dilebetke kulkas. Kulo jamin mboten kecut"(bubur saya ini kuat sampai sore. Tidak usah dimasukkan ke lemari es. Saya jamin tidak kecut/basi).

Statementnya pernah saya buktikan, beli buburnya pagi hari, kemudian saya gantung ditembok. Waktu maghrib saya cicipi. Benar, masih enak. Mungkin proses pengolahannya yang membuat burjo tahan lama atau karena santannya dipisah jika beli dibawa pulang.

Kang Asep Supriatna (dokumen pribadi)
Kang Asep Supriatna (dokumen pribadi)
Saya berpendapat, pria beristri perempuan asal Brebes ini jualan sembari beramal. Karena dia tak pernah menolak pembeli bila hanya mempunyai uang seribu rupiah. Masyaallah. Dan tahukah brader, bila awal dia jualan burjo ditahun 2006, limaratus rupiah harga yang ditawarkan. 

Lambat laun naik jadi seribu dan berhenti pada harga sekarang. Lima belas tahun cukup menjadi bukti bahwa bubur kacang ijo mampu menghidupi anak istri. Bisa jadi Gemi setiti ngati-ati falsafah hidupnya. Gemi kata lain dari hemat. Setiti(nastiti) itu teliti. Sedangkan ngati-ati yaitu hati-hati.


"Nggak alih profesi, mas?"

"Belum kepikiran. Begini sudah enak"

Pola pikirnya sederhana. Dia jualan ya jualan saja. Hari ini dapat segini ya diterima. Tuhan tidak pernah keliru ketika menyebar rahmatNya. Istilah zona nyaman yang nge-trend beberapa tahun lalu dalam kalimat: 'Jangan terlena dengan zona nyaman' tidak berlaku buatnya. Sampai sekarang dia nyaman menikmati hidup dan belum mau pindah haluan.

Barisan donat mengisi kabin atas. Harganya  500 rupiah/biji (Dokumen pribadi)
Barisan donat mengisi kabin atas. Harganya  500 rupiah/biji (Dokumen pribadi)

Dulu sebelum pasar Legi terbakar-sekarang dalam masa pembangunan, Asep Supriatna menggelar dagangannya didalam areal pasar. Tepatnya depan masjid Nurul Fallah. Untuk sementara, tonggak dagangannya dipancang di depan bank Panin, berderet-deret dengan kuliner lain. Apakah pria sederhana itu akan kembali ke lokasi sebelumnya bila pembangunan pasar Legi selesai? Entah. Walaupun menurut keterangan, dirinya sudah didata petugas lapangan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun