Mohon tunggu...
Sri Romdhoni Warta Kuncoro
Sri Romdhoni Warta Kuncoro Mohon Tunggu... Buruh - Pendoa

• Manusia Indonesia. • Penyuka bubur kacang ijo dengan santan kental serta roti bakar isi coklat kacang. • Gemar bersepeda dan naik motor menjelajahi lekuk bumi guna menikmati lukisan Tuhan.

Selanjutnya

Tutup

Trip

Tour de Bromo, dari Solo ke Puncak Bromo

17 Mei 2018   14:08 Diperbarui: 17 Mei 2018   14:19 4589
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

aku terpaksa buang air kecil di belakang toilet: istinjak pake daun-daun bertempelan air hujan.

Menunggu hujan reda? Kapan selesainya? Jam menunjukkan pukul 07.17 wib. Perasaan sudah lama duduk. Waktu berjalan lambat. Dingin semakin menjadi-jadi. Aku bergerak kian kemari. Tangan dikibas-kibaskan sebagai cara mengurangi dingin. Tapi percuma saja. Jaket dengan segala atribut mampu ditembus. Duduk lagi- comot roti kering dikunyah. 

Kami mengajak ngobrol seorang bapak-ternyata penduduk desa sekitar. Dari bibirnya keluar cerita, kalau hujan seperti saat ini penduduk lebih banyak diam dirumah. Selain itu dia cerita sering menuntun pelancong yang disorientasi medan-tersesat. Sepertinya kabut dan dingin telah meneken perjanjian selama berabad-abad untuk menguasai wilayah tersebut. Semua dibuat bertekuk lutut mencoba bertahan sebisanya. Terbiasa hidup dikota hangat memberi dampak menggigil. Hidungku sampai keluar ingus. Bergeraklah! agar kalian tidak membeku.

foto pribadi
foto pribadi
Sebuah Jeep datang langsung parkir. Ternyata si pemilik warung yang kami duduki. Dibukalah dan digelar segala logistik dagangan. Kami pesan kopi dan mie goreng(khusus Catur yang kelaparan). Nikmatnya secangkir kopi ini. Uap tipis menari-nari keluar dari cangkir. Harumnya menggairahkan. Perpaduan yang kontras: kabut dan semerbak seduhan kopi. Mantap!

Pukul 09.00 wib seiring hujannya berhenti, motor melaju turun ke Bromo. Oh ya, kami tidak bayar tiket, nggak tahu kenapa? Mungkin karena kepagian?

Padang savana menyambut dengan jalan cor beton-kurang lebih 2 km. Kiri kanan rumput tinggi. Sesekali dikagetkan beberapa burung kecil warna coklat berjalan cepat melintas didepan kami. Padahal tidak ada satpol PP...he...he...he.... Jenis apa ya? Uniknya itu lho: jalannya cepat setelah itu terbang rendah menghilang disemak-semak.  Mirip pesawat mustang take off.

foto pribadi
foto pribadi
Cor beton selesai, inilah medan tempur selanjutnya. Pasir tanah dengan campuran air. Motor ngepot sana-ngepot sini. Gundukan rerumputan terpecah pecah menempati nasibnya. Alur-alur bekas ban tercetak massif. Jeda sebentar karena harus menebak, mana yang harus ditrabas. Kubangan air tersedia dengan berbagai ukuran. Apakah ini lintasan grasstrack? Lihat saja, medannya acak-acakan. Feeling nggak jitu dijamin terpeleset. Dan itu kami rasakan. Hanya bisa ketawa ngakak melihat diri terseok. Beberapa Jeep melahap kubangan dengan enteng, Karena lintasan sehari-hari mereka.

Dari jauh bukit teletubbis dikerumuni pengunjung. Jeep berjejer menunggu layaknya murid Madrasah setor hafalan. Beberapa bule naik beranjak pulang ke arah Jemplang-Ngadas.

Kami standarkan motor. Berfoto ria sebagai kenangan hidup. Pengunjung lumayan banyak walaupun saat itu hari Rabu.

Dirasa cukup, kuda besi dipancal ke arah Pasir Berbisik. Cihuiiii.....motor kami terbang mirip burung kecil tadi. Pasirnya padat jadi tidak terpeleset. Eit, jangan lengah. Ada juga pasir yang menjebak motor. Hati-hati saja.

Subhanallah....betapa indahnya Ciptaan Sang Kuasa-Allah swt. Yang kami pijak kaldera tengger. Pasir mendominasi jangkauan mata. Berhenti untuk menikmati landskap. Tatapan berkeliling membuahkan kontemplasi, kita tidak ada apa-apanya dibandingkan alampada ini. Terkurung didalam kaldera begitu luas.

foto pribadi
foto pribadi
foto pribadi
foto pribadi
Kami menikmati sekali. Bau pasir lembab sempet mampir kehidung. Jejak sepatu membekas-menjadikan monumen temporer: Disinilah! 3 pengembara dari barat pernah berdiri dan mencumbui pasirnya.

Manusia-manusia terlihat kecil-terlihat lemah-tidak berdaya-tergagap.

Pengunjung membentuk koloni menempati laman favoritnya. Semua ingin eksklusif. Bromo memasrahkan diri untuk di eksploitasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun