Mohon tunggu...
Rolin Taneo
Rolin Taneo Mohon Tunggu... Pemulung Ilmu

Tertarik pada bidang ilmu filsafat, sosiologi dan teologi (Kristen)

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Merayakan Penderitaan, Apa Boleh? Mengungkap Alasan Pemaknaan Minggu-Minggu Sengsara Yesus Kristus (Bagian 3/Terakhir)

27 Maret 2024   21:46 Diperbarui: 7 April 2025   22:39 196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Dalam liturgi Paskah pertama, haleluya diarak kembali masuk ke ruang ibadah---sebuah ritus yang menyatakan kesukacitaan besar atas ke menangan Kristus yang mengalahkan kuasa maut dan menandai dimulainya ciptaan baru. 

Di banyak gereja Protestan di Indonesia, pada hari Paskah haleluya dinyanyikan setelah pembacaan Injil (atau bacaan Alkitab lainnya) dan setelah berkat. Hosiana berganti dengan haleluya".

Nestapa dosa dan maut sudah berlalu. Manusia kini diundang untuk merayakan karya Kristen yang bangkit. Perayaan ini nyata dalam liturgi gereja. 

Dalam terang pemahaman ini maka Joas Adiprastetya (2021:97) mengemukakan bahwa melalui liturgi, gereja menampilkan dua gerak.

Pertama, gerak rahmat dari atas ke bawah. Kedua, gerak iman dari orang percaya kepada Allah (gerak naik). 

Dengan demikian, Jumat Agung membawa kita pada nyanyian ratapan yang membawa manusia pada kesadaran akan keberdosaannya tetapi melalui Paskah, jaminan iman akan hidup kekal membawa manusia melesat lebih jauh menuju kemuliaan.

Pada akhirnya, nyanyian ratapan dan sukacita ini bisa kita temui dalam KJ. No. 183:1-2. Perhatikan kalimat dalam nyanyian ini :

1. Menjulang nyata atas bukit kala t'rang benderang salibMu, Tuhanku. Dari sinarnya yang menyala-nyala memancarkan kasih agung dan restu. 

Seluruh umat insan menengadah ke arah cahya kasih yang mesra. Bagai pelaut yang karam merindukan di ufuk timur pagi merekah.

2. SalibMu, Kristus, tanda pengasihan mengangkat hati yang remuk redam, membuat dosa yang terperikan di lubuk cinta Tuhan terbenam. 

Di dalam Tuhan kami balik lahir, insan bernoda kini berseri; Teruras darah suci yang mengalir di salib pada bukit Kalvari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun