Mohon tunggu...
Rolin Taneo
Rolin Taneo Mohon Tunggu... Pemulung Ilmu

Tertarik pada bidang ilmu filsafat, sosiologi dan teologi (Kristen)

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Merayakan Penderitaan, Apa Boleh? Mengungkap Alasan Pemaknaan Minggu-Minggu Sengsara Yesus Kristus (Bagian 3/Terakhir)

27 Maret 2024   21:46 Diperbarui: 7 April 2025   22:39 196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam bagian pertama dan kedua tulisan ini sudah dikemukakan bahwa penggunaan istilah merayakan penderitaan khusus dalam konteks kematian dan kebangkitan Kristus tidaklah menjadi soal. 

Hal ini penting dengan melihat kesinambungan antara Jumat Agung dan Paskah. 

Jumat Agung menguraikan puncak dari penderitaan Kristus dan Paskah adalah puncak dari kemuliaan Kristus. 

Dua peristiwa ini membawa iman orang percaya pada tingkat kesempurnaan. 

Kematian Kristus menebus hutang dosa, kebangkitan Kristus membawa kita pada pengakuan bahwa keselamatan itu benar-benar nyata dalam diri Yesus Kristus. 

Hanya iman yang kemudian mampu menggerakkan kita menerima realitas ini.

Jika dalam masa Pra-Paskah atau penghayatan akan masa sengsara Kristus, kita memadahkan hosiana, maka dalam peristiwa Paskah nyanyian hosiana diganti dengan haleluya. 

Penjelasan singkat tentang nyanyian hosiana sudah dijelaskan dalam seri kedua tulisan ini. 

Bagi Ester Pudjiasih (2022 : 75-6), haleluya adalah nyanyian kegembiraan dan sukacita. 

Nyanyian ini lebih baik diserukan pada waktu Paskah. Untuk itu, ia lantas menjelaskan lebih lanjut tentang nyanyian ini. Baginya :

"Pada hari Minggu sebelum Rabu Abu (ada gereja yang merayakannya sebagai Minggu Transfigurasi), di akhir liturgi, tulisan haleluya (bisa dalam bentuk banner) diarak keluar dari ruang ibadah dan disembunyikan atau di kuburkan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun