Mohon tunggu...
Warisan Literasi Mama
Warisan Literasi Mama Mohon Tunggu... Freelancer - Meneruskan Warisan Budaya Literasi dan Intelektual Almarhumah Mama Rohmah Tercinta

Mama Rohmah Sugiarti adalah ex-writerpreneure, freelance writer, communications consultant, yogini, dan seorang ibu yang sholehah dan terbaik bagi kami anak-anaknya. Semoga Mama selalu disayang Allah. Alfatihah.

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Cerpen: Si Mbak Pulang Pertengahan Ramadan

23 Mei 2020   22:36 Diperbarui: 23 Mei 2020   22:35 662
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kasih saya ibu dan anak lanangnya - Sumber Foto:  August de Richelieu dalam Pexels.com

Karena adanya larangan mudik yang diterapkan oleh beberapa daerah di jalur mudik Si Mbak, tak banyak travel yang berani mengambil resiko. Hanya ada beberapa travel yang katanya mengerti jalur-jalur tikus untuk menghindari razia mudik dan pencegatan aparat yang tetap beroperasi dengan jadwal yang berubah-ubah tidak pasti.

Itupun dengan harga yang cukup tinggi. Tiga kali lipat dari biasanya. Jika di hari lebaran normal Si Mbak bisa mendapatkan tiket seharga Rp.150.000,- saja, kali ini dia ditarik Rp.700,000,-. Harga yang sangat tinggi untuk orang-orang sekelas si mbak. Namun karena kasihan dan sebagai balasan atas kerja si mbak yang memuaskan selama ini, biaya itu aku yang tanggung.

"Hati-hati ya mbak. Nitip ini buat hadiah lebaran Si Tole," ujarnya saat melepas Si Mbak berangkat sembari memberikan amplop angpao untuk anaknya.

Mata Si Mbak nampak berkaca-kaca. Tapi sepertika bukan karena duka. Aku melihat Si Mbak menyimpan bahagia. Syukurlah, aku senang bisa membantu Si Mbak bisa mendapatkan kebahagiaan menjelang hari lebaran ini.

"Terima kasih njih bu. Saya pamit. Mohon doa restunya njih bu. Mohon maaf semua kesalahan saya selama ini njih bu. Maturnuwun sanget," pamit Si Mbak seraya segera mengangkat kardus oleh-olehnya ke dalam bagasi travel yang sudah menunggu di jalan depan rumah.

Setelah semua siap, travel pun mulai berangkat meninggalkan jalan depan rumah. Melaju pelan sampai akhirnya menjauh dan hilang ditelan malam. Mengantarkan Si Mbak pulang ke kampung halaman.

...

Benar seperti dugaan. Sesampainya di kampung halaman, Si Mbak diharuskan melaporkan diri ke kelurahan. Kemudian Si Mbak benar-benar harus menjalani karantina mandiri selama 14 hari, di lokasi yang sudah disiapkan di balai desa. Dari whastapp yang dituliskan Si Mbak padaku, ada beberapa orang sepertinya yang juga nekat pulang di masa wabah corona sekarang.

Suasana di karantina menurut Si Mbak, tidaklah terlalu buruk. Fasilitasnya cukup lengkap dan bersih. Logistik juga dijamin oleh desa. Jadi tinggal menjalani hari-hari karantina dengan ikhlas saja. Lucunya menurut cerita Si Mbak, tak ada tes corona terhadap mereka yang di karantina. 

Kata aparat di sana, desa Si Mbak tidak memilikinya. Alat tes itu katanya mahal. Jadi yang penting jalankan karantina saja selama 14 harus sesuai yang arahan pemerintah pusat. Toh semua baik-baik dan sehat-sehat saja.

Namun tragedi memang selalu terjadi tanpa bisa kita hindari. Kira-kira setengah masa karantina telah dijalani, mendadak salah satu peserta karantina jatuh sakit parah. Tiba-tiba orang itu demam tinggi diiringi batuk-batuk tanpa henti. Selanjutnya mendadak sesak napas hingga pingsan di lokasi karantina. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun