Mohon tunggu...
Rizoelart
Rizoelart Mohon Tunggu... Seniman

saya seniman dari Cianjur saya terobsesi dengan ekspresi emosional dan kebebasan, namun itu bisa dicapai melalui seni

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

bukan kudeta ,tapi rasanya mirip

24 Juli 2025   03:51 Diperbarui: 24 Juli 2025   03:51 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://asset.kompas.com/crops/Tti60p-Kef30PpuOPpoz1NeOqVo=/0x0:0x0/1200x800/data/photo/2025/04/24/6809b4aa46d5e.jpg

2. Lembaga yang Kehilangan Taring

Ada lembaganlembaga yang dulu disegani, kini hanya seperti bayangan. Mereka hadir, tapi tak lagi menggigit. Diam ketika seharusnya bersuara. Lunak ketika seharusnya tegas. Rakyat pun mulai kehilangan harapan pada penjaga keadilan.

3. Pemilu yang Terasa Hambar

Pemilu tetap digelar. Spanduk tetap berkibar. Tapi entah kenapa, semuanya terasa seperti pertunjukan yang skenarionya sudah selesai ditulis. Rakyat hanya menonton, bukan menentukan. Pilihan ada, tapi arahnya seperti sudah disiapkan.

4. Dinasti yang Tumbuh Diam Diam

Kekuasaan seharusnya berganti melalui proses terbuka, bukan diwariskan secara halus. Tapi kini kita mulai melihat nama nama yang terus berulang. Bukan karena prestasi, tapi karena garis keturunan. Demokrasi pun perlahan berubah jadi kerajaan dalam baju sipil.

https://cdn1-production-images-kly.akamaized.net/rTMuqvfRgB6OhjqlpG9a_8QzIDc=/640x360/smart/filters:quality(75):strip_icc():format(webp)/kly-media-pro
https://cdn1-production-images-kly.akamaized.net/rTMuqvfRgB6OhjqlpG9a_8QzIDc=/640x360/smart/filters:quality(75):strip_icc():format(webp)/kly-media-pro

5. Media dan Narasi Tunggal

Ketika banyak media memilih diam atau menyuarakan hal yang sama, kritik dianggap subversif, dan opini berbeda dianggap mengganggu stabilitas di situlah kita sadar: ruang bicara kita makin sempit.

Gejala gejala ini mungkin tidak langsung menggulingkan kekuasaan. Tapi mereka perlahan menggoyahkan kepercayaan rakyat. Dan ketika rakyat tak lagi percaya, apa bedanya dengan kudeta yang perlahan membunuh semangat demokrasi?

mungkin kami di suruh diam ,

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun