2. Lembaga yang Kehilangan Taring
Ada lembaganlembaga yang dulu disegani, kini hanya seperti bayangan. Mereka hadir, tapi tak lagi menggigit. Diam ketika seharusnya bersuara. Lunak ketika seharusnya tegas. Rakyat pun mulai kehilangan harapan pada penjaga keadilan.
3. Pemilu yang Terasa Hambar
Pemilu tetap digelar. Spanduk tetap berkibar. Tapi entah kenapa, semuanya terasa seperti pertunjukan yang skenarionya sudah selesai ditulis. Rakyat hanya menonton, bukan menentukan. Pilihan ada, tapi arahnya seperti sudah disiapkan.
4. Dinasti yang Tumbuh Diam Diam
Kekuasaan seharusnya berganti melalui proses terbuka, bukan diwariskan secara halus. Tapi kini kita mulai melihat nama nama yang terus berulang. Bukan karena prestasi, tapi karena garis keturunan. Demokrasi pun perlahan berubah jadi kerajaan dalam baju sipil.
5. Media dan Narasi Tunggal
Ketika banyak media memilih diam atau menyuarakan hal yang sama, kritik dianggap subversif, dan opini berbeda dianggap mengganggu stabilitas di situlah kita sadar: ruang bicara kita makin sempit.
Gejala gejala ini mungkin tidak langsung menggulingkan kekuasaan. Tapi mereka perlahan menggoyahkan kepercayaan rakyat. Dan ketika rakyat tak lagi percaya, apa bedanya dengan kudeta yang perlahan membunuh semangat demokrasi?
mungkin kami di suruh diam ,