"Maksudku biar ku antar ya. Biar tau pulak di mana alamatmu."
"Jangan bang, nanti bapak bertanya dan abang mau tinggal di mana. Ibu dan Azril siapa yang jaga?"Â
"Astaghfirullah kamu benar."
"Oh iya bang, berarti hutang ayah beneran dianggap lunas oleh orang tua abang?"
"Iya, jadi kamu jangan mikirin itu lagi ya."
"Alhamdulillah, semoga makin tenang arwah ayahku bang." Begitu lega hati Sisi mengingat perjuangan panjangnya mengumpulkan uang untuk lunaskan hutang ayah.
Surya melihat Sisi tak berkedip. Besok gadis itu sudah pergi untuk melanjutkan cita-citanya. Dia juga harus menyiapkan mental lahir dan batin sebelum menemui wali Sisi yang sekarang.Â
"Kenapa? Ada jerawat ya?" Sisi memegang dua buah jerawatnya yang besar di dahinya.
"Bukan, aku tak bisa melihatmu lagi besok."
Sisi merasa sedih mendengar kata-kata Surya. Sesungguhnya dia yang lebih berat hati meninggalkan kampung ini. Tak terasa air matanya jatuh begitu saja. Ternyata rasa sayang telah tumbuh di hatinya untuk lelaki gagah itu.Â
Bersambung...