Mohon tunggu...
La BolonG
La BolonG Mohon Tunggu... Penulis

_

Selanjutnya

Tutup

Horor

Kuyang part 11 : "Bayangan di Langit Pagi"

13 April 2025   12:36 Diperbarui: 13 April 2025   12:36 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Horor. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Mystic Art Design

 Bayangan di Langit Pagi

Pagi hari setelah pertempuran malam itu, Desa Lamut tampak seperti baru terbangun dari mimpi buruk yang panjang. Namun, meski sepi dan tampak tenang, ada sesuatu yang berbeda. Sesuatu yang tidak pernah hilang sepenuhnya, meskipun langit kembali cerah.

Sari masih terbaring di ranjang, tubuhnya lemah, dan matanya terpejam rapat-rapat. Namun, jauh di dalam tidur nyenyaknya, ada sesuatu yang berbisik padanya. Suara itu halus, tapi cukup jelas untuk didengar.

"Kau belum selesai..."

Mira duduk di samping ranjang, memandangi anak perempuannya dengan kecemasan yang terpendam. Mereka tahu bahwa meskipun kemenangan terasa seperti sebuah akhir, itu sebenarnya hanya awal dari sesuatu yang lebih besar. Sesuatu yang lebih gelap.

Langit di luar jendela kini tampak biasa-biasa saja. Matahari sudah terbit, namun seberkas sinar keemasan yang masuk ke dalam rumah tampak memudar begitu saja. Awan-awan hitam kembali menggantung di kejauhan, bergerak perlahan. Tanpa disadari oleh siapa pun, langit pagi ini seolah menyimpan rahasia.

Sari terbangun dengan perasaan aneh. Ada getaran di udara, seperti tanda-tanda yang tak tampak, tetapi bisa dirasakan oleh setiap jiwa yang peka. Ia duduk di tempat tidur, menatap ibunya yang duduk di ujung ranjang.

"Ibu," kata Sari pelan, "Ada sesuatu yang masih mengintai."

Mira menatap Sari dengan tatapan penuh kecemasan. "Apa maksudmu, Sari? Bukankah semuanya sudah selesai?"

Sari tidak bisa menjawab dengan jelas. Yang ia rasakan bukan sekadar ketakutan, tapi ada semacam panggilan dari sesuatu yang jauh lebih tua dan lebih kuat daripada apa yang pernah mereka hadapi. Sesuatu yang tersembunyi dalam bayangan langit, dalam bentuk yang tidak bisa dimengerti oleh manusia biasa.

Di luar, seekor burung hitam terbang melintasi langit. Tak lama kemudian, suara desiran angin terdengar lebih keras, dan tanah di bawah kaki mereka bergetar ringan. Tiba-tiba, suara langkah kaki terdengar lagi, kali ini jauh lebih dekat, seperti ada yang mengintai di balik bayangan pepohonan.

Mira dan Sari berjalan keluar dari rumah, menuju ujung desa. Di sana, mereka melihat beberapa warga berkumpul, tampak gelisah. Suara aneh kembali terdengar, kali ini seperti bisikan yang mengalir dari jauh.

"Mak Ijah?" tanya seorang warga dengan takut.

Namun, sebelum ada yang sempat menjawab, tanah di sekitar mereka mulai bergetar lebih hebat. Awan hitam di langit semakin menggulung, menutup seluruh cahaya matahari. Dalam kegelapan yang hampir total itu, suara-suara mulai terdengar. Suara wanita menangis, teriakan memanggil nama mereka, dan suara langkah kaki yang berdecit, mendekat.

Dan tiba-tiba, sebuah bayangan besar muncul di antara pepohonan, tinggi dan gelap, mengerikan. Bayangan itu tak terlihat sepenuhnya, hanya siluetnya yang bisa dilihat dari kejauhan, bergerak perlahan, mengarah ke pusat desa. Sesuatu yang lebih besar, lebih menakutkan daripada para kuyang yang pernah mereka hadapi.

"Itu bukan Mak Ijah," bisik Sari, dengan mata yang terbelalak. "Ini lebih dari sekadar kuyang. Ini adalah bayangan yang lebih tua. Mereka datang kembali."

Mira menggenggam tangan Sari erat-erat. "Apa yang harus kita lakukan?"

Sari hanya bisa menatap langit yang mulai gelap, tempat bayangan itu bergerak semakin dekat. "Kita harus menemukan mereka sebelum mereka menemukan kita."

Bersambung...

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Horor Selengkapnya
Lihat Horor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun