Mira dan Sari berjalan keluar dari rumah, menuju ujung desa. Di sana, mereka melihat beberapa warga berkumpul, tampak gelisah. Suara aneh kembali terdengar, kali ini seperti bisikan yang mengalir dari jauh.
"Mak Ijah?" tanya seorang warga dengan takut.
Namun, sebelum ada yang sempat menjawab, tanah di sekitar mereka mulai bergetar lebih hebat. Awan hitam di langit semakin menggulung, menutup seluruh cahaya matahari. Dalam kegelapan yang hampir total itu, suara-suara mulai terdengar. Suara wanita menangis, teriakan memanggil nama mereka, dan suara langkah kaki yang berdecit, mendekat.
Dan tiba-tiba, sebuah bayangan besar muncul di antara pepohonan, tinggi dan gelap, mengerikan. Bayangan itu tak terlihat sepenuhnya, hanya siluetnya yang bisa dilihat dari kejauhan, bergerak perlahan, mengarah ke pusat desa. Sesuatu yang lebih besar, lebih menakutkan daripada para kuyang yang pernah mereka hadapi.
"Itu bukan Mak Ijah," bisik Sari, dengan mata yang terbelalak. "Ini lebih dari sekadar kuyang. Ini adalah bayangan yang lebih tua. Mereka datang kembali."
Mira menggenggam tangan Sari erat-erat. "Apa yang harus kita lakukan?"
Sari hanya bisa menatap langit yang mulai gelap, tempat bayangan itu bergerak semakin dekat. "Kita harus menemukan mereka sebelum mereka menemukan kita."
Bersambung...
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI