Mohon tunggu...
Rizal Mutaqin
Rizal Mutaqin Mohon Tunggu... Founder Bhumi Literasi Anak Bangsa

Semua Orang Akan Mati Kecuali Karyanya

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Pertarungan di Kepala yang Tak Terlihat

17 September 2025   08:35 Diperbarui: 17 September 2025   08:35 13
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Catatan Harian (sumber: @rimut.id)

Pernahkah kamu melihat seseorang duduk sendirian di tengah malam, merokok sambil menyeruput kopi? Dulu, mungkin kita berpikir mereka hanya susah tidur atau sekadar menikmati waktu luang. Namun, semakin dewasa, kita mulai memahami bahwa ada alasan yang lebih dalam di balik kebiasaan itu. Bukan sekadar mata yang enggan terpejam, melainkan hati dan kepala yang penuh dengan pertarungan tak kasat mata.

Banyak orang mengalami momen ketika malam terasa terlalu sunyi, dan justru di saat itulah pikiran mulai berisik. Kenangan masa lalu, penyesalan, kekhawatiran masa depan, hingga hal-hal kecil yang tak kunjung selesai, semuanya menyerang secara bersamaan. Akhirnya, kopi dan rokok menjadi teman pelarian, walau sebenarnya tak benar-benar menyelesaikan apa-apa.

Fenomena ini menggambarkan betapa beratnya beban mental yang sering tidak terlihat dari luar. Kita hidup di tengah masyarakat yang lebih sering menuntut untuk terlihat kuat, padahal setiap orang menyimpan pergulatannya masing-masing. Duduk di tengah malam, menatap kosong sambil menghisap rokok, bisa jadi adalah cara sederhana untuk memberi ruang pada diri sendiri agar tetap bertahan.

Namun, penting untuk diingat bahwa membiarkan diri larut dalam pertarungan batin tanpa mencari jalan keluar hanya akan membuat luka semakin dalam. Ada baiknya kita belajar untuk membagikan isi kepala pada orang yang dipercaya, menulis, atau mencari aktivitas yang bisa menjadi pelepas beban. Tidak semua hal bisa diselesaikan sendiri, dan meminta pertolongan bukanlah tanda kelemahan, melainkan keberanian.

Momen larut malam yang penuh pertarungan pikiran bisa menjadi cermin bahwa kita hanyalah manusia biasa yang sedang berproses. Tidak apa-apa merasa lelah, tidak apa-apa merasa rapuh. Yang terpenting adalah bagaimana kita perlahan mencari cahaya di balik gelapnya malam, agar esok hari kita bisa kembali melangkah dengan lebih ringan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun