Mohon tunggu...
Riza Hariati
Riza Hariati Mohon Tunggu... Konsultan - Information addict

SAYA GOLPUT!!!! Tulisan yang saya upload akan selalu saya edit ulang atau hapus tergantung mood. Jadi like dan comment at your own risk. You've been warned!

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Belajar Bahasa, Belajar Budaya

15 Juni 2019   15:56 Diperbarui: 15 Juni 2019   22:23 363
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ditahun 1980-an, pelajaran bahasa Inggris adalah satu momok yang menakutkan untuk hampir semua anak. Mereka mati-matian menghafal grammar, menghafal kosa kata, bahkan berhasil mendapatkan nilai lumayan sekedar untuk naik kelas. Tapi tetap saja tidak bisa melakukan percakapan dalam bahasa Inggris. Bahkan guru-guru jaman dahulu agak sulit memahami buku-buku bahasa Inggris yang terlalu kompleks.

Ditahun 80-an akses kita kepada budaya negara-negara yang menggunakan bahasa Inggris sangat terbatas. Di zaman dulu belum ada banyak pilihan media seperti sekarang, semua serba terbatas. Sehingga sulit untuk mengembangkan kemampuan bahasa Inggris.

Ini karena bahasa yang baru dipelajari, haruslah digunakan didalam konteks yang nyata, barulah bisa dipahami. Dan konteks nyata dimana bahasa itu dipakai, umumnya berkaitan dengan budaya dimana bahasa itu digunakan. Karenanya sangat sulit mempelajari suatu bahasa, tanpa mau memahami dan menyerap budayanya.

Penggunaan bahasa bisa dengan cara pasif : Membaca buku-buku, menonton tv, mendengarkan musik. Lalu meningkat menjadi aktif, dengan menyanyikan lagu-lagu tersebut dengan aksen yang tepat, mencoba bercakap-cakap dengan native speaker. Disaat bersamaan, kita menyerap budayanya.

Ditahap awal, biasanya kita akan menyerap budaya yang sederhana dan terlihat jelas, misalnya cara mereka berpakaian, cara bertegur sapa, cara bernyanyi. Tetapi semakin fasih kita dalam suatu bahasa, semakin banyak kosakata kita, semakin sempurna aksen kita, maka semakin kuat pengaruh budaya baru tersebut mempengaruhi kita. 

Media yang kita pilih saat kita belajar juga akan sangat menentukan budaya apa yang kelak akan mempengaruhi kita. Mereka yang belajar bahasa melalui media-media yang serius, seperti buku-buku yang 'berat', diskusi-diskusi ilmiah, akan berbeda budayanya dengan orang-orang yang belajar melalui majalah-majalah populer, film-film holywood. Meski belum tentu jadi lebih baik. Tetapi memberikam pengaruh budaya dan sudut pandang yang berbeda, meski bahasa yang dipelajari sama.

Saat kita sudah mencapai level native speaker, maka kita seolah mendapatkan kepribadian baru. Dimana kita punya kepribadian, nilai, rasa humor, yang bisa jadi sama sekali berbeda dari sebelumnya. Dan kita bisa menaik turunkan 'volume' kepribadian ini sesuai kebutuhan kita, menyesuaikan diri dengan lingkungan dimana kita berada. Seolah ada tombol switch. Dengan demikian kita bisa mengambil keuntungan dari kebaikan dua budaya.

Tentu akan jadi masalah jika budaya baru tersebut berbenturan dengan budaya dimana kita berada. Misalnya, mereka yang menyerap budaya Amerika lewat belajar bahasa Inggris, biasanya akan lebih terang-terangan mendebat orang yang usianya jauh lebih tua tanpa tedeng aling-aling. Sementara, kita orang Indonesia kebanyakan akan tersinggung jika didebat oleh anak bau kencur kemarin sore. Lalu tanpa melihat argumentasinya akan langsung menuding : Tidak sopan.

Jadi seolah akan ada pertarungan dua budaya dalam dirinya.

Tetapi jika mampu menyeimbangkan pertentangan dua budaya dalam diri kita. Mampu menerapkan pada situasi dan kondisi yang tepat, maka kita bisa menjadi warga negara tidak resmi dari negara lain. Diterima baik dalam lingkungan negara dimana bahasa yang kita pelajari tersebut digunakan (selama mereka bukan negara diskriminatif ya) dan memperkaya budaya yang sudah kita miliki.  

Jadi tidak perlu takut kepada mereka yang belajar banyak bahasa asing, anggap mereka sebagai aset yang bisa menghubungkan dan mempromosikan Indonesia kedunia luar. Juga menjadikan mereka sebagai sumber informasi untuk kita yang tidak mengerti bahasa asing tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun