Mohon tunggu...
Riyan Azrul Ananda
Riyan Azrul Ananda Mohon Tunggu... Mahasiswa - Intelektual Muslim

Blog Pribadi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Review Buku "Dualisme Hukum Perkawinan Islam di Indonesia" Karya Saiful Millah, Asep Saepudin Jahar

11 Maret 2024   22:37 Diperbarui: 13 Maret 2024   11:08 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

c. Talak dalam Keadaan Dipaksa

d. Talak dalam Keadaan Main-main

e. Talak Tiga Sekaligus

BAB 4 ANALISIS TERHADAP PERBEDAAN PANDANGAN FIQH DAN KOMPILASI HUKUM ISLAM (KHI)

A.PERBEDAAN PANDANGAN FIQH DAN KOMPILASI HUKUM ISLAM (KHI) SERTA DAMPAKNYA

1. Perkara Pernikahan Wanita Hamil karena Zina


Perbedaan antara fiqh dan Kompilasi Hukum Islam (KHI) dalam perkara menikahkan wanita hamil karena zina adalah bahwa fiqh mazhab Hanafiyah dan Syafi'iyah membolehkan menikahkan wanita tersebut dengan lelaki lain yang bukan menghamilinya, sedangkan KHI hanya membolehkannya dengan lelaki yang menghamilinya. Penafsiran terhadap pasal 53 KHI menghasilkan beberapa opsi, tetapi prinsipnya adalah untuk mencegah mudharat (kerugian) lebih lanjut dan memastikan kedudukan legalitas anak yang akan dilahirkan. Pasal ini hanya berlaku untuk wanita hamil yang tidak dalam ikatan perkawinan dengan lelaki lain pada saat kehamilannya.

2. Perkara Nasab Anak dari Pernikahan Wanita Hamil karena Zina

Perbedaan antara fiqh dan Kompilasi Hukum Islam (KHI) terletak pada penanganan status nasab anak yang dilahirkan dari perkawinan wanita hamil karena zina. Fiqh mazhab Hanafiyah dan Syafi'iyah meniadakan hubungan nasab jika kelahiran anak terjadi kurang dari enam bulan setelah perkawinan, sementara KHI memberikan status anak sah tanpa memperhatikan jarak waktu antara perkawinan dan kelahiran. Pendapat fiqh bertujuan untuk memberikan efek jera kepada pelaku zina, sementara KHI bertujuan memberikan kemaslahatan bagi wanita dan anaknya. Meskipun berbeda pendekatan, kedua pendapat ini dapat digunakan dalam konteks yang berbeda untuk mencapai tujuan hukum yang sama, yaitu memberikan kemaslahatan bagi manusia.

3. Perkara Talak di Luar Pengadilan

Perbedaan antara fiqh dan Kompilasi Hukum Islam (KHI) terletak pada keabsahan talak yang diucapkan oleh suami kepada istrinya di luar sidang Pengadilan. Fiqh menganggap talak sah jika diucapkan oleh suami tanpa memperhatikan waktu, tempat, atau kehadiran saksi, sementara KHI menyatakan bahwa perceraian harus dilaksanakan di hadapan sidang Pengadilan Agama untuk dianggap sah. Pendapat fiqh memberikan kekuasaan penuh kepada suami dalam hal talak tanpa perlu pertimbangan lain, sementara KHI memberikan perlindungan kepada istri untuk memastikan keabsahan talak dan hak-haknya setelah perceraian. Meskipun tujuan keduanya berbeda, yaitu memberikan peringatan kepada suami agar berhati-hati dalam mengucapkan talak (fiqh) dan memberikan perlindungan hukum bagi istri (KHI), keduanya memiliki implikasi yang kompleks dalam praktik perkawinan dan perceraian di masyarakat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun