Mohon tunggu...
RIVO BILANG
RIVO BILANG Mohon Tunggu... Freelancer - MARKETING

Hidup itu adalah permainan. Terlalu sia-sia jika hanya memainkan satu permainan :)

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Si Bapak Pemarah

13 Juli 2022   06:10 Diperbarui: 13 Juli 2022   06:18 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Berlari-lari kau ke hulu, merangkak-rangkak kau ke hilir
Larut dalam jingga, tenggelam dalam hitam
Sesampai kau di tempat berlindung, bukan hilang penat yang kau rasa, malah gemuruh yang kau terima

Terisak kau tak terima, mengutuk kau pada si bantal
"Malang nian nasibku, sudahlah penat, perutpun lapar, dasar Bapak tukang marah"

Malam kian larut, masih saja kau kalut, si otak berperang dengan si perut
"Ah sudahlah, paling Bapak sudah tidur"

Melangkah kau hati-hati, menuju tudung idaman hati, hingga mata tak hati-hati, tersungkur kau lalu terkena belati, darah mengucur tiada henti, tangis kau menjadi-jadi
Hingga si pemilik marah hari ini, terkejut pucat pasi, lalu menggendong mu berlari meski tanpa alas kaki, berharap segera bertemu bapak mentari

Sakit yang kau rasa berganti haru, hingga terisak kau dalam hati, berdialog kau dengan diri
"Begitu berdosakah aku Tuhan? Hingga kau tunjukkan kepadaku betapa besar cintanya untukku?"

(Jakarta, 13 Juli 2022)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun