Mohon tunggu...
Rio Wibi Sumiyarno
Rio Wibi Sumiyarno Mohon Tunggu... Saya berprofesi sebagai guru

saya memiliki hobi menulis dengan konten bertemakan pendidikan, sejarah, wisata, atau tentang pengalaman pribadi.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Sejarah Hari Kebangkitan Nasional

19 Mei 2025   22:25 Diperbarui: 19 Mei 2025   22:14 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Peringatan hari kebangkitan nasional memiliki sejarah yang panjang dan sangat berkaitan erat dengan berdirinya Budi Utomo yang didirikan pada tanggal 20 Mei 1908. Budi Utomo didirikan oleh mahasiswa dari STOVIA. STOVIA adalah sebuah sekolah kedokteran yang ada di Batavia (nama Jakarta pada masa itu).

Budi Utomo adalah sebuah organisasi modern yang bersifat nasionalis. Organisasi ini didirikan dengan tujuan untuk memajukan pendidikan dan budaya bangsa. Dengan didirikanya Budi Utomo, maka hal ini menjadi tonggak awal pergerakan nasional di Indonesia dalam melawan penjajahan.

Pada mulanya Budi Utomo hanya berfokus pada bidang pendidikan dan kebudayaan. Meskipun begitu, berdirinya Budi Utomo telah menginspirasi organisasi pergerakan lainya seperti Sarekat Islam, Indische Partij, dan lain sebagainya. Organisasi-organisasi yang didirikan ini memiliki tujuan yang lebih luas yakni tercapainya kemerdekaan Indonesia.

Baca juga: Sejarah Kue Nastar

Peristiwa didirikanya Budi Utomo berkaitan dengan pelopor pergerakan nasional kemerdekaan Indonesia. Peristiwa tersebut bermula diawal abad ke-20 dimana masyarakat ketika itu mulai sadar bahwa mereka adalah bagian dari bangsa yang sama yakni bangsa Indonesia dan bukan lagi suatu kelompok suku atau sebuah wilayah yang terpisah.

Ketika itu, sistem pemerintahan kolonial Belanda sangatlah parah dan membuat banyak rakyat menderita karena eksploitasi ekonomi dan praktik liberal. Kondisi yang seperti ini membuat kaum liberal menyindir pemerintahan kolonial Belanda. Salah satunya adalah Edwar Douwe Dekker yang menulis sebuah buku karangann yang berjudul "Max Havelaar". Isi dari buku tersebut adalah sebuah kecaman terhadap kebijakan pemerintah kolonial Belanda dan menuntut pemerintah kolonial Belanda agar tidak tutup mata terhadap penderitaan rakyat di negeri jajahanya.

Akibat dari kritikan tersebut lahirnya politik balas budi Belanda untuk rakyat di negara jajahanya yang bernama "Politik Etis". isi dari politik etis tersebut yakni tiga macam program utama Belanda yang meliputi irigasi, edukasi, dan transmigrasi. Kebijakan politik etis yang diterapkan oleh pemerintah Belanda telah membuka akses pendidikan bagi masyarakat pribumi tetapi ketimpangan sosial ternyata masih saja terjadi. Yang mendapatkan akses pendidikan hanyalah golongan masyarakat tertentu saja.

Baca juga: Islam dan Pancasila

Ditengah kondisi yang serba terupuruk tersebut, munculah seorang tokoh inteletual yang menjadi motor penggerak perubahan. Periode pergerakan nasional ini diawali dengan berdirinya organisasi Budi Utomo pada tanggal 20 Mei 1908 yang didirikan oleh Dr. Soetomo dan para pelajar dari STOVIA dijakarta. Peristiwa ini telah menjadi tonggak awal pergerakan nasional yang terorganisir di Indonesia. Lahirnya Budi Utomo adalah berawal dari keresahan aan penderitaan rakyat akibat penjajahan dan keinginan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa melalui pendidikan.

Dr. Wahidin Sudirohusodo adalah dokter alumni dari STOVIA yang berasal dari Surakarta dan menjadi tokoh penting dalam organisasi Budi Utomo. Ia mengemukakan sebuah gagasan untuk mendirikan sebuah organisasi yang berfokus pada pendidikan dan kesejahteraan bangsa melalui pendidikan bagi pribumi yang berprestasi akan tetapi kurang mampu dalam hal ekonomi. Ide ini sangat didukung oleh Sutomo dan rekan-rekanya yang pada masa itu sesama pelajar di STOVIA yang memiliki semangat nasionalisme yang sangat tinggi.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun