Mohon tunggu...
Rini Wulandari
Rini Wulandari Mohon Tunggu... belajar, mengajar, menulis

Guru SMAN 5 Banda Aceh http://gurusiswadankita.blogspot.com/ penulis buku kolaborasi 100 tahun Cut Nyak Dhien, Bunga Rampai Bencana Tsunami, Dari Serambi Mekkah Ke Serambi Kopi (3), Guru Hebat Prestasi Siswa Meningkat, Pemenang Lomba Artikel Aviasi Kompasiana 2025, Pemenang Artikel Kolaborasi Bersama Pakar-Kompasiana 2025, Pemenang--Artikel Terpilih, Mudik Bareng KAI-Kompasiana. 2025.

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Saatnya Beralih Ajak Anak Jadi Curious Eater Daripada Picky Eater!

13 April 2025   12:41 Diperbarui: 26 April 2025   23:59 151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
mengajak anak terlibat masak-kompas.com

Sewaktu kecil hampir sebagian besar anak tidak suka sayur. Sebagian orang tua mengalah dan memilih "memanjakan" dengan memberikan makanan yang disukainya dengan alasan sederhana agar mau makan, tetap sehat dan berat badannya tumbuh berkembang dengan baik sesuai usia pertumbuhan.

Namun seiring waktu hal itu membantu membentuk kebiasaan pola makan dan ragam makanan yang menjadi pilihannya. Sehingga tidak heran hingga anak-anak tumbuh besar, ada anak yang tidak suka ikan, tidak suka sayur. Atau sebaliknya hanya suka ikan, sayur tidak terbiasa dengan makanan lainnya.

Apakah hingga sekarang kita termasuk orang yang suka pilih-pilih makanan? Bisa jadi hal itu memang bukan sesederhana hanya sekadar soal selera. Bisa jadi, jawabannya tersembunyi di masa kecil kita atau siapapun yang mengalami kondisi tersebut---di meja makan, di antara suapan penuh negosiasi, atau bahkan di bawah bayang-bayang aturan keras orang tua yang menyerupai "kompeni."

anak pilih-pilih makanan-kompas health
anak pilih-pilih makanan-kompas health

memaksa anak makan-klikdokter.com
memaksa anak makan-klikdokter.com

Parenting VOC, Gaya Pengasuhan Apa Lagi?

Memang media sosial masih terus memberi kita temuan trend yang kadang-kadang memang menarik menjadi renung kaji kita. Seperti belakangan ini, media sosial X diramaikan oleh istilah baru--Parenting VOC. Sebuah gaya pengasuhan yang konon mirip gaya pemerintahan Vereenigde Oostindische Compagnie---otoriter, disiplin, dan penuh kontrol.

Apa yang menarik dari trend yang menggoda publik untuk ikut membicarakannya secara intens?.

Saya bisa merasakan mengapa trend ini menarik untuk kita perbincangkan---menjadi diskursus juga boleh selama bisa membangun pola pikir kita menjadi lebih baik. Saya melihat beberapa keponakan juga menunjukkan gejala yang sama soal pilih-pilih makanan.

Perilaku ini seringkali membuat orang tua repot ketika tidak siap memenuhi permintaan anak yang cenderung seperti "manja dan rewel". Apalagi jika kebiasaan makan itu ditambah dengan tekanan anak---disediakan fasilitas pendukung---tontonan selama makan.

Dalam konteks bagaimana membangun pola kebiasaan makan anak, orang tua dianggap "berjasa" bila sukses menyuapi anak tanpa bantuan tontonan Baby Shark atau YouTube.

Tapi benarkah pendekatan ini efektif? Atau malah meninggalkan bekas psikologis yang kemudian menjelma dalam bentuk perilaku picky eater?

makan bersama anak sebuah kegembiraan-kompas health
makan bersama anak sebuah kegembiraan-kompas health

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun